Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

Dalam edisi yang lalu kita sudah belajar tentang: Apa yang dimaksud dengan sakramen? Hari ini kita akan belajar tentang apa saja yang termasuk di dalam sakramen. Menurut Alkitab ada dua rujukan yang jelas tentang sakramen dan itulah yang dilakukan oleh Gereja Kristen Protestan sepanjang sejarah, yaitu sakramen Perjamuan Kudus dan sakramen Baptisan.

Pertama, Sakramen Baptisan. Baptisan air, entah itu bentuknya percik/dituang atau diselamkan, tetap memiliki makna yang sama. Lalu apa yang maksud dengan baptisan? Baptisan menyimbolkan penyucian atas dosa-dosa kita di mana gabung orang-orang percaya dipersekutukan dengan Kristus di dalam kematian dan kebangkitan-Nya.

Kita harus memahami bahwa baptisan bukan hanya muncul pertama kali di kalangan orang-orang Kristen. Baptisan bukan hanya dilakukan oleh orang-orang Kristen saja secara eksklusif, tetapi orang-orang Yahudi juga sudah mempraktikkan baptisan. Sebelum kedatangan Tuhan Yesus ke dalam dunia, masyarakat Qumran yang tinggal di Laut Mati sudah mempraktikkan baptisan. Pada waktu itu orang-orang Yahudi sudah mengenal baptisan untuk penyucian dosa. Bahkan Yohanes Pembaptis juga membaptis banyak orang dan itu dikaitkan dengan penyucian dosa (lihat Yohanes 3). Tradisi dan ritual yang sama juga dipertahankan oleh orang-orang Kristen, tetapi dengan makna yang berbeda. Dari mana kita bisa mendapatkan penyucian dosa? Penyucian dosa tidak bisa diperoleh dari usaha manusia. Penyucian dosa tidak bisa diperoleh dari air yang digunakan di dalam baptisan. Penyucian dosa hanya terjadi melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. Itulah makna baru yang diletakkan di dalam baptisan.

Di dalam Roma 6 Rasul Paulus menggambarkan dengan jelas tentang baptisan (khususnya baptisan selam). Di sana Rasul Paulus menggambarkan bagaimana orang-orang yang percaya itu dikuburkan bersama dengan Kristus di dalam baptisan, lalu juga dibangkitkan bersama dengan Kristus. Ini memberikan gambaran kepada kita bahwa Rasul Paulus sedang memikirkan tentang baptisan selam. Sekali lagi, bagaimana baptisan dilakukan tidaklah penting. Hal yang terpenting adalah makna di dalamnya yaitu bahwa siapa saja yang sudah dibaptis di dalam Kristus Yesus, maka baptisannya itu merupakan simbol bahwa dia sudah percaya kepada Yesus Kristus dan sudah disucikan dari semua dosanya. Penyucian terjadi bukan melalui baptisan tetapi melalui korban Kristus di atas kayu salib dan melalui kebangkitan-nya dari antara orang mati. Baptisan hanyalah simbol tetapi ini adalah simbol yang penting. Simbol ini tidak boleh diabaikan atau diremehkan karena itu merupakan salah satu proses kita masuk di dalam kumpulan orang yang percaya (Band. Kis. 2:37-41).

Kedua, Sakramen Perjamuan Kudus. pelaksanaan/keberlangsungan Perjamuan kudus didasarkan pada perjamuan terakhir yang dilakukan oleh Tuhan Yesus sehari sebelum Dia ditangkap dan disalibkan. Saat itu Yesus makan bersama-sama dengan murid-murid-Nya dan itu merupakan perjamuan Paskah. Orang-orang Yahudi juga melakukan perjamuan Paskah. Sebagai pemimpin para murid, Yesus memimpin perjamuan itu. Di sana Yesus memberikan makna yang baru di dalam Paskah orang Yahudi yang sedang mereka rayakan. Makna baru itu adalah kelepasan dari maut bukan diperoleh melalui darah binatang yang dioleskan di pintu seperti yang terjadi pada orang-orang Israel di tanah Mesir; kelepasan dari maut yang sejati itu diperoleh melalui darah Yesus Kristus di atas kayu salib. Pada waktu perjamuan terakhir itulah Tuhan Yesus memberikan perintah supaya orang-orang percaya melakukan ini sesering mungkin sebagai peringatan akan Dia sampai Dia datang kembali yang kedua kali.

Jika kita mempertimbangkan semuanya itu, maka kita bisa memahami perjamuan kudus sebagai sebuah pemberitaan tentang penebusan Kristus secara visual; sebagai peringatan bahwa semua orang percaya merupakan satu umat perjanjian yang baru. Perjamuan Kudus merupakan pemberitaan tentang penebusan Yesus Kristus. Dalam Perjamuan Kudus kita bukan hanya memperingati kematian Kristus tetapi kita juga mengingatkan diri kita sendiri bahwa di dalam Kristus, kita adalah satu umat perjanjian. Hal ini ditegaskan Rasul Paulus dalam 1 Korintus 11 bahwa Tuhan Yesus ketika mengambil roti dan membagikan kepada murid-Nya Dia berkata, “inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu.” Lalu ketika Tuhan Yesus memegang cawan Ia juga berkata, “inilah cawan perjanjian yang baru, yang dimeteraikan oleh darah-Ku.” Jadi Perjamuan Kudus mengingatkan kita akan penebusan-Nya, kedatangan-Nya kedua kali dan bahwa kita adalah umat perjanjian yang baru. Semua hal ini kita lakukan secara visual. Itu sebabnya setiap gereja harus bersyukur dalam merayakan sakramen. Tuhan memberkati kita! Amin!