Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

Dalam sesi yang lalu kita sudah belajar tiga bentuk pelanggaran terhadap perintah yang ketiga: “Jangan menggunakan nama Tuhan dengan sembarangan”. Hari ini kita akan melanjutkan tiga bentuk pelanggaran yang lain. Saya percaya jika kita memperhatikan dengan baik masing-masing poin ini, maka mungkin kita akan langsung sadar bahwa kita seringkali melanggar perintah yang ketiga ini.

Wujud pelanggaran yang keempat: Mengatasnamakan Tuhan di dalam suatu hal, padahal Tuhan tidak memaksudkannya demikian. Di dalam Ulangan 18:20 dikatakan: “Tetapi seorang nabi, yang terlalu berani untuk mengucapkan demi nama-Ku perkataan yang tidak Kuperintahkan untuk dikatakan olehnya, atau yang berkata demi nama allah lain, nabi itu harus mati.” Seseorang yang dikenal sebagai seorang nabi namun jika dia terlalu berani mengatasnamakan Tuhan dengan mengatakan bahwa “Ini perkataan Tuhan” padahal itu bukan berasal dari Tuhan, maka Tuhan mengatakan nabi itu telah melanggar nama Tuhan dan Tuhan tidak akan memandang remeh kesalahan ini. Ini adalah kesalahan yang sangat serius karena nabi itu telah mengucapkan demi nama Tuhan, padahal perkataan tersebut tidak diperintahkan oleh Tuhan. Jika kita melihat sekeliling kita, tampaknya tidak terlalu sulit untuk menemukan bahwa ada beberapa orang yang terlalu berani untuk mengatasnamakan Tuhan, padahal belum tentu Tuhan memaksudkan demikian.

Saya pernah menonton sebuah video khotbah di internet dan pendetanya memulai dengan sebuah kalimat yang cukup menarik: “Saudara percaya bahwa firman Tuhan tidak mungkin salah dan harus diaminkan? “ Lalu dijawab: “Amin!” Kemudian dia mengatakan, “maka dari itu, apapun yang saya katakan, kata-kata saya di dalam khotbah saya, saudara jangan melawan, jangan berpikir macam-macam, saudara harus langsung mengaminkannya, saudara setuju nggak dengan saya?” Lalu jemaat berkata “Amin!” Menarik sekali di awal khotbahnya dia sudah mengucapkan kata-kata demikian padahal ada perbedaan antara khotbah dan penyampaian firman Tuhan. Khotbah idealnya merupakan penyampaian firman Tuhan tetapi tidak semua penyampaian firman Tuhan hanya dilakukan melalui khotbah.

Ketika saudara memberikan nasihat atau dukungan kepada orang lain, kalau sesuai dengan firman Tuhan, maka saudara menyampaikan firman Tuhan. Begitu pula sebaliknya, kalau khotbah itu tidak sesuai dengan firman Tuhan atau tidak sesuai dengan kebenaran Alkitab, maka khotbah itu tidak bisa disebut sebagai penyampaian firman Tuhan. Ada banyak nabi palsu di dalam sejarah Israel. Apakah mereka menyampaikan firman Tuhan? Tidak! Apakah mereka berkhotbah? Ya! Jadi berkhotbah tidak selalu identik dengan menyampaikan firman Tuhan. Walaupun berkhotbah idealnya adalah penyampaian firman Allah.

Wujud pelanggaran yang kelima: Memberikan kemuliaan bukan kepada Tuhan. Di dalam Yesaya 42:8 “Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.” Karena Dia bernama TUHAN, Dia memegang nama-Nya dengan teguh dan Dia tidak mau kemuliaan di dalam nama itu diberikan kepada yang lain. Setiap kali kita memberikan kemuliaan bukan kepada Tuhan melainkan kepada diri sendiri, atau kepada orang lain, atau kepada sesuatu yang lain, maka kita telah melanggar kemuliaan Tuhan.

Hal yang paling sering kita lakukan adalah menyombongkan diri sendiri. Pada saat kita berhasil, kita mengganggap itu adalah hasil usaha kita sendiri. Pada saat kita bisa menjalani hidup seperti biasa, kita menganggap bahwa Tuhan tidak campur tangan. Toh meski kita berdoa atau tidak berdoa, hidup berjalan seperti biasa. Toh meski kita dekat dengan Tuhan atau jauh dari Tuhan, tetap saja pekerjaan kita berjalan dengan lancar. Mereka yang merasa tidak perlu memberikan kemuliaan kepada Tuhan adalah orang-orang yang telah melanggar kekudusan nama Tuhan. Mereka yang menyembah berhala dengan menggunakan patung di dalam ibadah-ibadah mereka, telah menggeser kemuliaan dari Tuhan kepada yang lain dan itu merupakan pelanggaran terhadap perintah yang ketiga.

Wujud pelanggaran yang keenam: Menggunakan nama Tuhan seperti mantra. Nama Tuhan itu nama yang berkuasa. Kita bisa berkata “Amin!” untuk itu. Tetapi bukan berarti kita bisa menggunakan nama itu dengan sembarangan untuk mendemonstrasikan kuasa Allah. Kalau saudara membaca di dalam Kisah Rasul 19:13, maka saudara akan menemukan sebuah peristiwa yang menarik di sana. Pada ayat 13 dituliskan demikian: “juga beberapa tukang jampi Yahudi, yang berjalan keliling di negeri itu, mencoba menyebut nama Tuhan Yesus atas mereka yang kerasukan roh jahat dengan berseru, katanya: “Aku menyumpahi kamu demi nama Yesus yang diberitakan oleh Paulus.” Jadi orang-orang ini menggunakan nama Yesus untuk mengusir roh jahat, tapi mereka tidak memiliki relasi dengan Tuhan dan tahukah saudara apa yang terjadi? Orang-orang yang kerasukan itu menggagahi mereka semua dan mengalahkannya sehingga mereka lari dari rumah orang itu dengan telanjang dan luka-luka. Bagi mereka, nama Yesus hanya seperti sebuah mantra dan itu adalah pelanggaran.

Tuhan memberkati kita!