Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

Kita sudah tahu pentingnya menguduskan hari Sabat. Tetapi Sabat yang kita rayakan berbeda dengan Sabat orang Yahudi. Orang Yahudi merayakan Sabat pada hari yang ketujuh. Alkitab dengan jelas mengatakan “pada hari ketujuh haruslah engkau beristirahat” Kita tahu bahwa hari ketujuh itu jatuh bukan di hari Minggu melainkan di hari Sabtu. Jadi pertanyaannya: Mengapa kita merayakan Sabat di hari Minggu? Karena makna Sabat bagi kita berbeda dengan makna Sabat bagi orang Yahudi. Makna Sabat bagi kita sangat berkaitan dengan Yesus Kristus. Begitu pula dengan waktu Sabat bagi kita yang sangat berkaitan dengan Yesus Kristus. Ada tiga alasan mengapa kita merayakan Sabat di hari Minggu.

Pertama, karena Yesus Kristus adalah Tuhan atas hari Sabat. Hal yang terpenting bagi kita bukanlah hari Sabatnya tetapi Yesus Kristus, Tuhan atas hari Sabat. Matius 12:7-8 mencatat bahwa pada suatu hari Sabat murid-murid Yesus memetik bulir gandum dan memakannya karena lapar. Melihat hal itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada Yesus: “Lihatlah, murid-murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat.” Yesus menanggapi hal tersebut dengan memberikan contoh Daud dan para imam dalam Perjanjian Lama, yang melakukan sesuatu yang baik pada hari Sabat dan tidak disalahkan. Jika Daud dan para imam tidak dianggap melanggar hari Sabat, apalagi Dia yang adalah Tuhan atas hari Sabat. Yesus dengan jelas menyatakan “Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.” (Mat. 12:8). Yesus lebih penting daripada Sabat.

Kedua, karena Tuhan Yesus bangkit pada hari Minggu. Di dalam Matius 28:1 tertulis demikian: “Setelah hari Sabat lewat, menjelang menyingsingnya fajar pada hari pertama minggu itu, pergilah Maria Magdalena dan Maria yang lain, menengok kubur itu.” Hari ketujuh berarti hari Sabat. Setelah lewat hari ketujuh menjelang permulaan hari yang pertama, itu adalah hari Minggu, hari yang pertama. Para perempuan itu pergi ke kubur dan mendapati Tuhan Yesus sudah bangkit pada hari Minggu. Kebangkitan Tuhan Yesus yang terjadi pada hari Minggu menjadi dasar Sabat kita dirayakan pada hari Minggu.

Ketiga, karena tradisi kekristenan sejak zaman para rasul. Beberapa ayat di dalam Alkitab memberi petunjuk kepada kita bahwa orang-orang Kristen berkumpul secara rutin di setiap hari Minggu. Kisah Rasul 2 dan 4 menggambarkan mereka berkumpul tiap hari di rumah dan di Bait Allah. Tetapi pada periode-periode sesudahnya, mereka beribadah secara rutin bersama-sama setiap hari Minggu. Di dalam Kisah Rasul 20:7 dikatakan “Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti . . .” Kemudian dalam 1 Korintus 16:2 juga dikatakan “Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing–sesuai dengan apa yang kamu peroleh–menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang”. Ayat-ayat ini menyiratkan bahwa orang-orang Kristen berkumpul bersama-sama pada hari pertama tiap minggu, yaitu pada hari Minggu. Mereka berkumpul untuk beribadah, saling mengasihi dan melakukan aksi diakonia bersama-sama.

Jadi ada tiga alasan mengapa hari Sabat kita berubah dari hari Sabtu menjadi hari Minggu. Tetapi apakah perubahan ini membuat hari Sabat kehilangan maknanya? Ternyata tidak! Makna Sabat di dalamnya tetap dipertahankan bahkan diperjelas melalui karya penebusan Yesus Kristus. Sabat di dalam PL itu memperingati Allah sebagai pencipta dan penebus. Bangsa Israel harus menghormati hari Sabat karena mengingat bahwa setelah menciptakan selama enam hari, Allah beristirahat pada hari ketujuh. Begitu pula ketika umat Israel memberi istirahat kepada para budak mereka di hari Sabat, hal itu mengingatkan mereka bahwa mereka dulu juga adalah budak di tanah Mesir yang sudah dibebaskan oleh Tuhan.

Di dalam konteks penebusan Yesus Kristus kita menemukan makna yang baru di dalam dua hal tadi. Di dalam Sabat pada hari Minggu kita masih tetap merayakan Allah sebagai pencipta. Namun kita bukan hanya merayakan Allah sebagai pencipta secara umum -pencipta alam semesta- tetapi sebagai Pencipta secara khusus, di mana Dia menciptakan kita kembali di dalam Kristus. Dalam 2 Korintus 5:17 dikatakan: “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (band. Ef. 2:10). Ada konsep tentang penciptaan di sana, tapi penciptaan secara baru di dalam Kristus yaitu melalui kematian dan kebangkitan-Nya.

Sabat di hari Minggu juga menyatakan konsep yang baru tentang kelepasan dari belenggu. Kita bukan lagi dilepaskan dari perbudakan di Mesir, tetapi dilepaskan dari perbudakan dosa. Roma 6 menunjukkan bahwa dahulu kita terikat dan dibelenggu oleh dosa tetapi Kristus mati untuk kita. Dia menebus dosa-dosa kita maka kita dibebaskan dari semua belenggu itu. Bersama Kristus berarti kita mati terhadap dosa dan dibebaskan dari belenggu itu. Sabat Kristen tetap berbicara tentang penciptaan dan kelepasan, tetapi penciptaan yang berbeda yaitu penciptaan baru di dalam Kristus dan kelepasan yang berbeda yaitu kelepasan dari belenggu dosa. Itulah makna Sabat bagi kita dan mengapa kita merayakannya di hari Minggu. Tuhan memberkati.