Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko
Kita hidup di dalam sebuah zaman yang tampaknya tidak terlalu menghargai nyawa manusia. Banyak tindakan manusia yang menunjukkan betapa rendahnya nilai manusia di hadapan sesamanya. Aborsi di beberapa negara malah sudah dilegalkan. Aborsi menjadi hak dari orang tua; terserah pilihan orang tua. Banyaknya berita kriminal yang ditayangkan juga menunjukkan kepada kita betapa murahnya nyawa seseorang. Orang rela membunuh sesamanya hanya karena masalah sepele. Kesimpulannya, tidak banyak orang yang menghargai nilai manusia dan mau menjaga nyawa orang lain.
Karena itu perlu bagi kita untuk melihat perintah yang keenam. Apa makna perintah yang keenam di dalam Sepuluh Perintah Allah? Sederhana dan sangat singkat yaitu “Jangan membunuh!” Tapi apa artinya “Jangan membunuh”? Kalau kita membaca larangan ini di dalam Keluaran 20 maka kita bisa menafsirkan bahwa membunuh adalah tindakan untuk mengambil nyawa manusia, baik nyawa sendiri maupun nyawa orang lain.
Bunuh diri adalah tindakan yang dilarang di dalam Alkitab. Kisah Rasul 16 mencatat Paulus dibebaskan dari penjara di Filipi dengan cara yang ajaib. Waktu itu banyak orang juga ikut lepas dari penjara. Kepala penjara menjadi frustasi dan putus asa karena dia tahu hukuman yang akan diterimanya, lalu dia berniat membunuh dirinya sendiri. Tetapi Paulus mencegah hal itu terjadi. Bunuh diri merupakan bentuk pembunuhan dan itu melanggar perintah yang keenam. Di dalam Kejadian 9:6 Tuhan juga dengan tegas melarang kita untuk mengambil nyawa sesama. Kita dilarang untuk membunuh sesama kita, karena sesama kita diciptakan menurut gambar dan rupa Allah.
Makna kata “membunuh” dalam perintah keenam nampak lebih jelas dalam terjemahan bahasa Inggris: “You shall not murder.”(NIV dan beberapa versi terjemahan lainnya). Saya lebih setuju menggunakan terjemahan ini dan bukan “do not kill”. Alasannya, kata “murder” mengandung arti pembunuhan yang bersifat personal, yang dilatarbelakangi oleh kedengkian, iri hati, perkelahian, perselisihan dan sebagainya (disengaja dan direncanakan). Sedangkan kata “kill” bermakna pembunuhan tanpa rencana sebelumnya. Alkitab mengajarkan, dalam keadaan terdesak kita bisa membela diri. Jika untuk itu kita terpaksa membunuh orang lain maka itu namanya “kill”, bukan “murder”. Tindakan membunuh orang lain dengan tidak disengaja, tanpa maksud dan motivasi apa-apa, tidak bisa disebut sebagai “murder”, meski tetap ada hukumannya karena kita tidak berhati-hati dengan nyawa orang lain.
Saya juga perlu memberikan penjelasan yang lain, bahwa perintah ini tidak berlaku untuk Allah karena Allah yang menciptakan manusia. Allah memiliki nyawa manusia. Ketika Allah “membunuh” seseorang, hal itu tidak bisa dikatakan membunuh tetapi mengambil kembali. Itu bukan membunuh. Perintah ini tidak bisa dikenakan kepada Allah.
Sekarang mari kita melihat dasar dari perintah ini. Kalau kita melihat beberapa ayat di dalam Alkitab maka kita tahu larangan ini diberikan atas satu dasar, yaitu keberhargaan manusia. Nilai manusialah yang menjadi pondasi dari larangan untuk membunuh. Di dalam Kejadian 9:6 dikatakan manusia tidak boleh membunuh sesamanya karena manusia diciptakan menurut gambar Allah. Siapa manusia? Manusia adalah gambar Allah. Manusia merefleksikan Allah. Manusia adalah makhluk yang mulia. Manusia mencerminkan Allah. Terlepas dari bagaimana kita menafsirkan ungkapan “gambar Allah”, ungkapan ini menunjukkan keberhargaan manusia, sehingga kita tidak boleh membunuh sesama. Ketika kita membunuh manusia, maka itu sama saja kita mengatakan “orang itu itu tidak berharga/tidak bernilai”. Pada waktu kita menganggap orang lain tidak berharga, berarti kita mengganggap Allah juga tidak berharga.
Dalam Imamat 24: 17 dikatakan “Juga apabila seseorang membunuh seorang manusia, pastilah ia dihukum mati.” Kata “juga” di sana menarik sekali karena di ayat sebelumnya berbicara tentang “menghujat Allah”. Siapa yang menghujat nama Allah harus dihukum mati, begitu juga dengan orang yang membunuh sesamanya. Mengapa? Karena membunuh sesama sama saja dengan menghujat Allah. Menganggap “gambar Allah” tidak bernilai berarti Allah juga tidak bernilai.
Dalam Imamat 24:21 juga dituliskan: “Siapa yang memukul mati seekor ternak, ia harus membayar gantinya, tetapi siapa yang membunuh seorang manusia, ia harus dihukum mati.” Jelas, manusia dan binatang berbeda. Membunuh binatang hukumannya mengganti, membunuh manusia hukumannya mati. Betapa bernilainya nyawa manusia, sehingga Allah memberikan peringatan yang sedemikian keras. Tuhan memberkati.
Related posts