Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko
Dalam edisi yang lalu kita belajar tentang dua hal tentang bagaimana kita memuliakan Allah. Memuliakan Allah berarti menikmati Dia, dalam arti puas dengan Dia. Memuliakan Allah juga berarti mengucap syukur kepada Dia. Hari ini kita akan melihat empat cara yang lain, bagaimana kita memuliakan Allah.
Pertama, dengan cara beribadah kepada Allah. Kata “worship” atau “ibadah”, sebetulnya berasal dari kata Inggris kuno “worthship”. Kata “worth”, berarti kelayakan atau kepantasan. Kata “worth” ini kemudian diberikan imbuhan “ship” yang merujuk kepada kata benda. Artinya, pada waktu kita beribadah kepada Allah, esensinya adalah kita mengakui bahwa Allah memang layak menerima pujian kita, Dia layak diagungkan di tengah ibadah kita.
Hal itulah yang dilakukan oleh penghuni di sorga di dalam Wahyu 4:11 yang berkata, “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.” Lebih lanjut kemudian di Wahyu 5:11 juga dikatakan: “Anak Domba yang disembelih itu layak untuk menerima kuasa, dan kekayaan, dan hikmat, dan kekuatan, dan hormat, dan kemuliaan, dan puji-pujian.” Ibadah tidak bisa dipisahkan dengan satu kata, yaitu “kelayakan” – kelayakan Allah untuk dipuji dan diagungkan. Beribadah kepada Allah adalah salah satu cara kita untuk memuliakan Dia.
Kedua, dengan cara menyelesaikan rencana Allah dalam hidup kita. Menyelesaikan rencana Allah yang spesifik dalam hidup kita adalah salah satu cara kita memuliakan Dia. Di dalam Yohanes 17:4 Tuhan Yesus berkata di dalam doa-Nya kepada Bapa, “Aku telah memuliakan Engkau di bumi dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku untuk melakukannya.” Bagi Tuhan Yesus, memuliakan Allah berarti menyelesaikan semua pekerjaan-pekerjaan yang Bapa berikan kepada-Nya. Demikian juga halnya dengan kita, ketika kita terus berjuang dengan setia mengerjakan pekerjaan Dia yang diberikan kepada kita secara spesifik, maka dengan cara demikian kita memuliakan Allah.
Ketiga, dengan cara menggunakan apa yang kita miliki untuk kepentingan (kemuliaan) Allah. Paulus di dalam Filipi 1:20-21 mengatakan: “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikianpun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Bagi Paulus, yang penting adalah Kristus dimuliakan. Paulus sangat memahami bahwa memuliakan Allah bukan masalah kita hidup atau kita mati, bukan masalah kita memiliki sesuatu atau tidak memiliki sesuatu. Bagi Paulus, bahkan ketika kita mati kita bisa memuliakan Allah; maka ketika hidup pun, kita harus memuliakan Allah. Ketika kita memiliki sesuatu, kita bisa memakai itu untuk muliakan Allah; dan ketika kita tidak memiliki sesuatu pun, kita masih tetap dapat memuliakan Allah. Apa pun yang ada pada kita, kita harus pakai untuk memuliakan Allah.
Itu sebabnya di dalam 1Korintus 6:20 Paulus berkata, “Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu.” Allah sudah memberi kita tubuh dan sudah menebus tubuh kita dengan darah yang mahal, yaitu darah Tuhan Yesus Kristus; maka kita harus memakainya untuk memuliakan Dia. Amsal 3:9 juga mengajarkan, “Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu.” Berarti apa pun yang kita miliki, bagaimana pun keadaan kita, kita harus memuliakan Allah. Ini adalah cara kita memuliakan Dia, yaitu menggunakan apa yang kita miliki untuk kepentingan atau kemuliaan Allah.
Keempat, dengan cara menaati perintah-perintah Allah. Paulus menasihati para hamba di dalam Titus 2:10 “jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita.” Ketika kita hidup berintegritas, maka kita memuliakan Allah; dan orang lain juga di dorong untuk memuliakan Allah. Di dalam Matius 5:16 ketika Tuhan Yesus mengingatkan para murid-Nya sebagai terang dunia, “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” Demikian juga di dalam 2Korintus 9:13, Paulus menasihati jemaat Korintus supaya melalui ketaatan mereka terhadap ajaran Injil, mereka memuliakan Allah. Tentang dirinya sendiri, Paulus berkata: “Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan . . . Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.” (Flp 1:20). Tak kalah pentingnya, Amsal 14:31 mengingatkan kita: Siapa menindas orang yang lemah, menghina Penciptanya, tetapi siapa menaruh belas kasihan kepada orang miskin, memuliakan Dia. Sudahkah hidup kita memuliakan Allah?
Related posts