Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

Banyak gereja memberi nama dan mengucapkan “Pengakuan Iman Rasuli” tetapi tidak semuanya secara seragam menggunakan istilah ini. Ada yang menyebutkannya dengan “Pengakuan Iman Para Rasul”, ada juga yang menyebutkannya dengan “Pengakuan Iman Rasuli”. Perbedaannya terletak pada tata bahasa. Pengakuan Iman Para Rasul (the apostles’ creed) menunjukkan bahwa pengakuan ini milik atau bersumber dari para rasul. Tetapi jika kita mengatakan Pengakuan Iman Rasuli (the apostolic creed), maka kita hanya mengatakan bahwa pengakuan iman ini bersifat rasuli.

Perbedaan dua istilah ini sangat berkaitan dengan tradisi di balik pengakuan iman rasuli. Beberapa orang meyakini bahwa pengakuan iman ini dirumuskan sendiri oleh 12 rasul. Biasanya mereka meyakini bahwa sebelum para rasul pergi untuk memberitakan Injil dari Yudea, Samaria dan sampai ke ujung bumi (Kis. 1:8), masing-masing rasul mengusulkan satu kalimat. Jadi karena ada 12 rasul maka dipercaya pengakuan iman rasuli terdiri dari 12 poin. Ini adalah salah satu tradisi yang cukup popule. Seandainya tradisi ini benar, maka seharusnya pengakuan iman ini bukan hanya “rasuli” (the apostles’ creed) tetapi pengakuan iman “para rasul” (the apostolic creed). Tapi sayangnya tradisi yang populer ini tampaknya adalah tradisi yang keliru dan terlalu dibesar-besarkan oleh sebagian orang dalam aliran tertentu. Ada tiga alasan mengapa rumusan ini kemungkinan besar tidak dituliskan sendiri oleh para rasul:

Pertama, karena di dalam sejarah gereja, Bapa-Bapa Gereja yang ada di wilayah Timur tidak mengetahui pengakuan iman ini. Di awal abad kekristenan, mereka tidak mengenal keberadaan pengakuan iman ini. Baru beberapa abad kemudian, mereka mengenal pengakuan iman ini. Seandainya pengakuan ini dituliskan sendiri oleh 12 rasul, lalu mereka pergi ke segala tempat, maka semua gereja, baik di Barat atauTimur pasti mengenal pengakuan iman ini.

Kedua, dari catatan Bapa-bapa Gereja di wilayah Barat. Walaupun Pengakuan Iman Rasuli diterima atau awalnya diterima oleh gereja-gereja di daerah Barat, tetapi para pemimpin gereja Barat justru tidak ada yang mengutip Pengakuan Iman Rasuli. Mereka mengajarkan banyak doktrin penting dalam kekristenan, tetapi tidak ada bukti yang konkrit bahwa mereka pernah mengutip Pengakuan Iman Rasuli. Bahkan, kalau kita melihat tulisan-tulisan Bapa-Bapa Gereja awal di daerah Barat, maka kita akan menemukan bahwa mereka mencoba merumuskan pengakuan iman mereka. Seandainya para rasul sudah membuatkan itu dan berlaku di semua gereja atau paling tidak diterima di gereja wilayah Barat, mengapa para pemimpin di gereja Barat merasa masih perlu merumuskan pengakuan iman lagi? Mengapa mereka tidak langsung menerima apa yang sudah diwariskan dari para rasul?

Ketiga, karena dokumen dan rumusan yang paling tua dari Pengakuan Iman Rasuli baru ditemukan pada pertengahan abad keempat. Kita patut bertanya-tanya, seandainya itu dituliskan oleh para rasul, bukankah kita berharap rumusan itu bisa ditemukan di abad kedua, tetapi mengapa malah ditemukan pada abad keempat? Bukan hanya itu persoalannya. Pada saat muncul di abad ke-4, ditemukan juga beberapa rumusan yang agak berbeda. Di abad dan periode selanjutnya juga muncul beberapa rumusan yang berbeda- beda. Sebagai contoh, mengenai kalimat “turun ke dalam kerajaan maut”, kita semua mengucapkan ini dalam Pengakuan Iman Rasuli. Sadarkah kita bahwa beberapa gereja memberikan tanda kurung ( ) dan beberapa gereja tidak memberikan tanda kurung. Mengapa bisa terjadi perubahan dan perbedaan semacam itu?

Karena memang rumusan kuno yang ditemukan di abad 4, 5, 6 memang sedikit berbeda. Pada dokumen awal memang tidak terdapat frasa “turun ke dalam kerajaan maut.” Kemunculannya di abad ke-4 dan adanya perbedaan-perbedaan rumusan ini menunjukkan bahwa kemungkinan besar pengakuan iman ini tidak ditulis oleh para rasul. Tapi kita patut menerima pengakuan ini, karena apa yang diajarkan dalam pengakuan iman ini selaras dengan ajaran para rasul yang ada di Perjanjian Baru. Jadi kita bisa mengatakan pengakuan iman ini – walaupun bukan the apostles’ creed tetapi kita bisa mengatakan ini adalah the apostolic creed. Pengakuan Iman Rasuli selaras dengan pengajaran para rasul, yang dinafasi oleh ajaran-ajaran mereka. Ini adalah ajaran yang sehat bagi seluruh gereja.

Itu sebabnya kita tetap mengikrarkan pengakuan iman ini dalam ibadah kita terlepas dari sejarah maupun tradisinya yang bukan langsung berasal dari tulisan para rasul. Tuhan memberkati.