Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

Hari ini kita masih belajar tentang sifat Allah yang lain, yaitu kemahahadiran Allah/kemahaadaan Allah (omnipresence).  Apakah artinya Mahaada atau Mahahadir?  Allah Mahaada berarti Allah lebih besar daripada tempat, karena Dia memenuhkan segala sesuatu, sehingga Allah tidak bisa tidak ada di suatu tempat.  Saya akan menerangkan definisi ini dalam tiga poin. 

Pertama, Allah lebih besar daripada tempat.  Jika kita melihat dalam 1 Raja-raja 8:27, pada waktu Raja Salomo hendak menahbiskan Bait Allah di Yerusalem, ia berkata “Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.”  Ketika Salomo berkata bahwa “langit pun tak dapat memuat Allah,” Salomo menyatakan bahwa Allah lebih besar daripada tempat.  Allah yang menciptakan tempat, dan Dia lebih besar daripada semua tempat.  Dalam Ibrani 1:3 dikatakan bahwa Yesus Kristus menopang segala sesuatu dengan firman-Nya. 

Kedua, Allah lebih besar daripada semua tempat, karena Dia yang menciptakan dan yang memenuhkan segala sesuatu.  Dalam Yeremia 23:24 berbunyi, “Sekiranya ada seseorang menyembunyikan diri dalam tempat persembunyian, masakan Aku tidak melihat dia? Demikianlah firman Tuhan. Tidakkah Aku memenuhi langit dan bumi?  Demikianlah Firman Tuhan.”  Allah memenuhi langit dan bumi.  Di dalam segala sesuatu Allah memenuhinya, karena Allah lebih besar daripada segala sesuatu.  Ini merupakan hal yang menarik, karena di satu sisi, Allah ada di dalam tempat, namun di sisi lain, Allah lebih besar daripada tempat.

Ketiga, Allah tidak bisa tidak ada di satu tempat.  Karena Dia lebih besar daripada semua tempat dan karena Dia menciptakan serta memenuhi segala tempat, maka Allah tidak bisa tidak ada di satu tempat.  Mazmur 139:7-10 mengatakan kemanapun pemazmur pergi, ia tetap akan berjumpa dengan Allah.  Di tempat yang paling gelap atau bahkan di tempat yang paling tinggi, Allah akan menemui dia di sana.  Tidak ada satu tempat pun di mana Allah tidak hadir, karena Allah tidak bisa tidak ada di satu tempat.

Ketiga poin di atas bisa digambarkan seperti sebuah kotak, yang kita masukkan dalam sebuah kolam renang sehingga kotak tersebut berisi air; jadi air akan berada di dalam kotak tersebut.  Namun pada saat yang sama, kotak itu sendiri berada di dalam air.  Di dalam kotak ada air, tetapi kotak itu sendiri berada di dalam air.  Keberadaan Allah seperti air tadi.  Allah berada di dalam tempat, tetapi Allah melebihi tempat.  Dia yang menciptakan tempat, Dia memenuhi segala tempat, Dia lebih besar daripada tempat; sehingga Ia tidak bisa tidak ada di satu tempat.  Dengan dasar pemikiran ini, saya ingin kita merenungkan dua implikasi penting di sini:

Implikasi pertama, kehadiran Allah secara relasional.  Allah memang tidak bisa tidak ada di suatu tempat.  Secara lokal, Ia ada dimana saja; tetapi secara relasional, Allah hadir secara khusus untuk umat-Nya.  Misalnya dalam Yosua 1:9 Allah berjanji akan menyertai Yosua terus menerus.  Dalam Ibrani 13:5b Allah juga berjanji tidak akan meninggalkan dan melupakan kita (band. Mat. 18:20; 28:20).  Ini berarti secara relasional, Allah hadir secara khusus bagi umat-Nya.  Ketika kita hendak beribadah, sebelum kita datang, bahkan sebelum pintu gereja dibuka, Allah sudah ada di dalam gereja, karena gereja berada di dalam Allah.  Namun ketika kita berkumpul bersama dan berdoa memohon kehadiran Allah melalui Yesus KrIstus, maka Allah hadir secara relasional.  Kehadiran secara relasional inilah yang membedakan kemahaadaan Allah bagi umat-Nya dengan kemahadaan Allah bagi yang lain.  Bagi kita umat-Nya, Allah hadir bukan cuma secara lokal, tetapi Dia hadir secara relasional.

Implikasi kedua, kehadiran Allah di dalam neraka.  Apakah Allah hadir di dalam neraka?  Secara lokal, Allah hadir di dalam neraka; tetapi secara relasional, Allah tidak hadir di sana.  Dalam 2 Tesalonika 1:9 Paulus menggambarkan inti dari neraka adalah dijauhkan dari hadirat dan kemuliaan kekuasaan-Nya.  Jadi di neraka Allah tetap hadir tetapi tanpa kemuliaan-Nya; Allah tetap hadir, tetapi Ia tidak hadir dengan kasih karunia-Nya dan kebaikan-Nya.  Dengan kata lain, Allah hanya hadir secara lokal, namun Allah tidak hadir secara relasional untuk memberikan penghiburan, kebaikan dsb. 

Jadi, jika kita bisa menikmati kehadiran Allah secara relasional, itu merupakan anugerah Tuhan bagi kita; karena sebetulnya Dia tidak bisa dibatasi oleh tempat.  Tetapi karena kebaikan-Nya atas kita, Dia mau hadir di dalam tempat, dan Dia mau menemui kita di dalam tempat.  Apapun keadaan saudara sekarang, percayalah bahwa Allah bisa dan akan menemui saudara.  Tuhan memberkati kita.  Amin.