Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

Hari ini kita akan membahas sebuah pertanyaan yang mungkin sering digumulkan oleh banyak orang, yaitu: Apakah ketetapan Allah mencakup hal-hal yang kebetulan?  Apakah hal-hal yang terlihat sepele dan kelihatannya terjadi secara sembarangan, termasuk dalam ketetapan Allah?  Pertanyaan ini wajar dimunculkan, karena beberapa orang yang mempercayai ketetapan Allah, ternyata berpendapat bahwa Allah hanya menetapkan hal-hal yang penting-penting saja.  Mereka percaya bahwa keselamatan kita atau sejarah sebuah bangsa ditetapkan Allah, karena merupakan sesuatu yang besar/serius; tetapi mereka tidak percaya bahwa Allah menetapkan hal-hal yang terlihat sepele.

Di dalam Alkitab dan di dalam tradisi Teologi Reformed, kita diajar bahwa ketetapan Allah mencakup segala sesuatu.  Tidak ada satupun yang lepas dari ketetapan Allah yang kekal dan penuh dengan kedaulatan-Nya, termasuk hal-hal yang bersifat kebetulan.  Di mata manusia mungkin hal-hal semacam itu terjadi tanpa pola, terjadi secara kebetulan, dan terjadi secara sembarangan.  Tetapi sebetulnya, di dalam perspektif Allah, Dia sudah menetapkan semuanya itu.  Mari kita melihat dua contoh di dalam Alkitab.

Contoh pertama, di dalam Keluaran 21:13.  Teks ini membicarakan tentang pembunuhan dan hukuman untuk para pembunuh.  Diceritakan tentang beberapa macam pembunuhan: pembunuhan yang disengaja, pembunuhan yang direncanakan; termasuk yang menarik di ayat ke-13, pembunuhan yang tidak disengaja.  Di dalam teks itu dikatakan: “jika pembunuhan itu tidak disengaja”, Alkitab menggunakan kata “tidak sengaja”, tetapi kemudian ada keterangan yang menarik di sana:   “melainkan tangannya ditentukan Allah melakukan itu”, maka orang itu bisa berlari menghindari hukuman mati, dan orang ini bisa berlari ke kota perlindungan.  Jadi jelas, ayat ini mengatakan orang itu tidak sengaja membunuh sesamanya;  sesuatu yang terjadi secara kebetulan, tanpa dia rencanakan. Tetapi ayat yang sama juga mengatakan, bahwa tangan Allah menentukan itu.  Tangan orang itu ditentukan oleh tangan Allah.  Dari sini kita bisa melihat bahwa apa yang terjadi secara kebetulan, sebetulnya tidak pernah kebetulan di mata Allah.  Allah menetapkan itu.

Contoh yang kedua di 1 Raja-raja 22.  Ahab raja yang jahat itu ditegur oleh nabi.  Kemudian nabi menubuatkan, bahwa kalau dia berperang, dia akan mati.  Kematiannya diceritakan secara spesifik.  Ahab menolak nubuat dari nabi itu.  Dia percaya bahwa dia bisa memenangkan pertempuran.  Menariknya, di dalam peperangan itu, dia mencoba menyamar sebagai tentara biasa, sebagai prajurit biasa, sehingga musuhnya kesulitan untuk menemukan dia.  Alkitab mencatat, salah seorang prajurit musuh menembakkan anak panahnya secara sembarangan. Anak panah itu ditembakkan ke udara secara sembarangan.  Alkitab mencatat, anak panah itu mengenai sang raja, di antara baju zirahnya, sehingga raja ini mati.

Peristiwa ini sangat menarik sekali.  Secara logika atau matematika, ketika sebuah anak panah ditembakkan secara sembarangan di medan pertempuran yang begitu luas, berapa persen kemungkinan anak panah itu akan mengenai manusia, dan bukan mengenai tanah yang kosong? Lalu, berapa persen kemungkinan anak panah yang sama mengenai raja dan bukan mengenai orang lain?   Pada saat mengenai raja, ada berapa persen kemungkinan anak panah itu mengenai di antara baju zirah sang raja? Bukankah lebih banyak organ vital tubuh yang ditutupi baju zirah, daripada yang tidak ditutupi?  Alkitab mencatat bahwa anak panah itu bukan hanya mengenai sang raja, tetapi mengenai di antara baju zirahnya, dan itu mengenai bagian tubuh yang vital, sehingga raja mengalami pendarahan yang begitu hebat dan mati. Kemungkinan hal itu bisa terjadi sangat kecil sekali, namun itulah yang terjadi.  Meski melalui tindakan kebetulan, seorang prajurit lawan menembakkan sebuah anak panah secara sembarangan. Dari dua teks ini kita belajar, Allah mengontrol dan mengendalikan hal-hal yang kebetulan. 

Mungkin saudara kecewa dengan masa lalu.  Mungkin saudara menyalahkan diri sendiri atau orang lain; karena hidupmu telah berubah menjadi tidak baik gara-gara peristiwa yang tampaknya sembarangan/kebetulan.  Tetapi kita dihibur bahwa tidak ada hal yang kebetulan di mata Allah.  Allah mengontrol segala sesuatu.  Kiranya ini menghibur dan menguatkan kita.  Kiranya ini membuat kita berhenti mengeluh dan menyalahkan orang lain.  Kita tidak menjadi kecewa dengan hidup kita, tetapi justru semakin berserah kepada Tuhan yang mengontrol segala sesuatu.  Tuhan memberkati kita. Amin.