Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

Hari ini kita akan membahas sebuah pertanyaan yang penting, yaitu: Apakah Alkitab adalah firman Allah?  Saya ingin menjawab seperti ini:  Alkitab adalah firman Allah, bukan hanya berisi firman Allah. Mengapa pembedaan di antara dua hal ini “adalah firman Allah” dan “berisi firman Allah”, perlu dilakukan? Beberapa orang menduga bahwa tidak semua bagian Alkitab adalah firman Allah.  Mereka memilah-milah; ada bagian-bagian tertentu yang mereka kategorikan firman Allah, dan ada bagian tertentu yang mereka kategorikan bukan sebagai firman Allah.  Ada yang menggangap, bagian-bagian Alkitab memiliki kualitas pengilhaman yang berbeda-beda.  Tetapi kita perlu memahami bahwa Alkitab adalah firman Allah, bukan hanya berisi firman Allah.

Mengapa ada orang-orang tertentu yang memikirkan bahwa Alkitab hanya berisi firman Allah?  Mereka biasanya menyinggung tentang beberapa isu, antara lain perkataan-perkataan Iblis yang dicatat di dalam Alkitab.  Di dalam Matius 4 dan Lukas 4 misalnya, Iblis mengucapkan banyak perkataan di sana.  Apakah semua perkataan Iblis tersebut adalah firman Allah?  Begitu juga dengan perkataan-perkataan yang salah dari sahabat-sahabat Ayub, yang dicatat dalam kitab ini (band. ps 42), apakah bisa disebut sebagai firman Allah; sedangkan firman Allah sendiri mengatakan bahwa perkataan-perkataan tersebut adalah perkataan yang salah.  Ada juga tindakan/perbuatan orang yang salah, misalnya perzinahan Daud dengan Batsyeba dipandang tidak senonoh untuk dibicarakan, apalagi dimasukkan dalam sebuah kitab yang dikenal sebagai Kitab Suci.  Melalui beberapa isu ini, mereka melihat ada persoalan di sana, dan kemudian mereka mencoba mengatakan bahwa Alkitab tidak seluruhnya firman Allah, atau Alkitab hanya berisi firman Allah.

Tetapi kita harus bisa memahami hal ini dengan baik.  Semua hal yang keliru pada peristiwa aktualnya bukanlah firman Allah.  Perkataan Iblis pada faktualnya bukan firman Allah.  Perkataan sahabat-sahabat Ayub yang keliru pada saat diucapkan juga bukan firman Allah.  Tetapi pada saat ditulis, maka itu menjadi firman Allah bagi kita.  Misalnya Paulus di dalam 1 Korintus 10 yang menyinggung tentang pemberontakan bangsa Israel di padang gurun dan bagaimana Allah menghukum mereka.  Di ayat ke-6 Paulus berkata demikian: “Semuanya ini telah terjadi sebagai contoh bagi kita untuk memperingatkan kita, supaya jangan kita menginginkan hal-hal yang jahat seperti yang telah mereka perbuat . . .”

Di dalam 1 Yohanes  3:11-12, Yohanes juga menyinggung tentang Kain untuk memberikan ilustrasi bahwa kita seharusnya mengasihi, karena itu adalah perintah dari awal yang kita terima, tidak seperti Kain yang membunuh adiknya.  Berarti tindakan yang membunuh Habel, ketika dituliskan dimaksudkan sebagai contoh yang buruk tentang orang yang tidak mengasihi sesamanya.  Semua hal buruk yang terjadi pada sejarah, pada saat dituliskan di dalam Alkitab, maka semuanya disebut firman Allah.  Saya akan memberikan dua teks penting.  Teks yang pertama merujuk pada Perjanjian Lama sebagai firman Allah, dan teks yang kedua merujuk kepada Perjanjian Baru sebagai firman Allah.

Teks yang pertama  adalah 2 Timotius 3:15-16, ketika Paulus mengatakan bahwa Timotius sejak kecil sudah belajar Kitab Suci, lalu Paulus mengatakan di ayat ke-16, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Terjemahan yang lebih tepat adalah: “segala tulisan adalah diilhamkan dan bermanfaat.”  “Segala tulisan” yang dimaksudkan di sini adalah tulisan-tulisan di dalam Perjanjian Lama, di dalam Kitab  Suci.  Segala tulisan, yaitu segala kitab PL adalah diilhamkan Allah dan bermanfaat bagi kerohanian kita. Semuanya bermanfaat bagi kita, entah itu menyinggung tentang kesalahan dan dosa orang, entah itu menceritakan kembali perkataan orang yang keliru; pada saat ditulis di dalam Alkitab, semua dimaksudkan dengan tujuan yang baik.

Teks yang kedua adalah 2 Petrus 3:16.  Ketika Petrus mengatakan bahwa surat-surat Paulus sulit dipahami sehingga beberapa orang yang tidak bisa memahaminya, lalu berusaha untuk memutarbalikkannya untuk kebinasaan mereka sendiri.  Di bagian terakhir ayat itu Petrus mengatakan “seperti yang mereka perbuat dengan tulisan-tulisan yang lain”. Frasa “tulisan-tulisan yang lain”, di sana lebih tepat diterjemahkan: “kitab suci-kitab suci yang lain.”  Dengan demikian, Rasul Petrus mengakui tulisan-tulisan Rasul Paulus sebagai firman Allah. 

Dia menyejajarkannya dengan kitab-kitab suci yang lain di dalam Perjanjian Lama.  Walaupun ini hanya menyinggung tentang tulisan-tulisan Paulus, tapi paling tidak ini bisa mewakili bahwa seluruh Perjanjian Baru, yang dalam hal ini diwakili oleh tulisan-tulisan Paulus adalah firman Allah. Dari dua teks ini kita belajar bahwa Alkitab bukan hanya berisi firman Allah, tetapi Alkitab adalah firman Allah.  Karena itu saudara, bersyukurlah untuk Alkitab yang Tuhan sudah beri bagi kita.  Pelajarilah dengan sungguh-sungguh.  Taatilah kebenarannya.  Kiranya Tuhan memberkati kita.  Amin