Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

Dalam edisi hari ini kita masih melanjutkan topik yang sebelumnya, yaitu: Apakah bukti-bukti bahwa Yesus Kristus adalah Allah yang sejati? Kita akan melihat beberapa bukti tambahan di dalam Alkitab bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Pertama, beberapa kutipan Perjanjian Lama yang menggunakan kata “TUHAN” (YHWH) ternyata dikenakan kepada Yesus Kristus. Ada beberapa ayat di dalam Perjanjian Lama yang dikutip di dalam Perjanjian Baru. Menariknya, apa yang di dalam Perjanjian Lama dikenakan pada TUHAN (YHWH), di dalam Perjanjian Baru dikenakan kepada Yesus Kristus.

Salah satu contoh yang paling jelas terdapat di dalam Yohanes 12:37-41. Di sana penulis Injil Yohanes berbicara tentang orang-orang Yahudi yang menolak pemberitaan yang disampaikan oleh Yesus Kristus. Walaupun Yesus Kristus sudah menyatakan begitu banyak mujizat dan kemuliaan-Nya di hadapan mereka, tetapi mereka tetap tidak percaya kepada-Nya. Penulis Injil Yohanes lalu mengaitkan situasi itu sebagai penggenapan dari apa yang sudah disampaikan Allah melalui Yesaya. Nabi Yesaya dipanggil oleh Tuhan untuk menyampaikan berita kebenaran dan juga ditolak oleh orang-orang pada waktu itu. Tetapi hal itu bukan merupakan bukti yang paling kentara. Bukti yang sangat jelas terdapat di ayat 41 di mana secara eksplisit disebutkan, “Hal ini dikatakan oleh Yesaya, karena ia telah melihat kemuliaan-Nya dan telah berkata-kata tentang Dia.” (Yoh. 12:41) Ayat ini menjelaskan bahwa Yesaya berbicara tentang Yesus Kristus. Dengan kata lain, sebetulnya TUHAN yang dilihat oleh Yesaya di dalam penglihatannya, yaitu di dalam Yesaya 6, dipahami oleh penulis Injil Yohanes sebagai Yesus Kristus. Ada banyak contoh lagi di dalam Alkitab, tetapi contoh ini adalah contoh yang saya anggap cukup jelas untuk memberitahukan bahwa rujukan-rujukan Alkitab di dalam Perjanjian Lama yang dikenakan kepada YHWH, ternyata dikenakan untuk Yesus Kristus di dalam Perjanjian Baru.

Kedua, kesetaraan yang dimiliki Kristus dengan Allah. Beberapa kali Alkitab menyatakan tentang kesetaraan ini. Misalnya di dalam Amanat Agung (Matius 28:19-20) dikatakan, “…dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” Ada tiga Pribadi yang disebutkan di sana. Tetapi menariknya, kata “nama” di sini dalam teks Yunani berbentuk tunggal, bukan “nama-nama” (jamak), seolah-olah masing-masing memiliki nama tersendiri, tetapi hanya satu nama: di dalam nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Bagaimanapun kita menafsirkannya, maka kita akan mendapati adanya kesetaraan di sana.

Demikian juga di dalam Filipi 2:5-8 dikatakan bahwa Yesus Kristus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai hal yang harus dipertahankan. Ia tidak menganggap bahwa kesetaraan-Nya dengan Allah sebagai hal yang harus dipegang terus menerus. Tetapi Dia mengosongkan diri-Nya dan menjadi sama dengan manusia, bahkan menjadi hamba dan mati di kayu salib bagi kita. Di sana ada kata “kesetaraan dengan Allah” dan “dalam rupa Allah”. Kata “rupa” di sana bukan hanya penampakan di luar, tetapi benar-benar Dia adalah Allah. Sama seperti dalam rupa hamba di teks yang sama juga menunjukkan bahwa Dia sungguh-sungguh hamba.

Selanjutnya di dalam 1 Korintus 12:4-6 juga dikatakan bahwa Allah, Roh dan Tuhan; tiga Pribadi di dalam Allah Tritunggal sama-sama adalah sumber dari hal-hal yang ajaib, sumber dari segala pekerjaan yang hebat, dan sumber dari semua karunia rohani. Semua itu menunjukkan bahwa ada kesetaraan di antara tiga Pribadi di dalam Allah Tritunggal. Bagi orang-orang Yahudi, kesetaraan ini jelas merupakan sesuatu yang sangat mengagetkan, karena mereka menganut paham monoteisme yang sangat ketat. Tidak ada Allah lain selain YHWH. Tidak ada yang bisa dibandingkan dengan YHWH. Perjanjian Lama berkali-kali mengajarkan hal itu. Dalam Kitab Yesaya, Allah berkali-kali mengatakan: “Dengan siapa engkau akan membandingkan Aku? Aku adalah Allah yang awal dan yang akhir. Tidak ada yang seperti Aku.” Tetapi kenyataannya di dalam Perjanjian Baru, di dalam konteks orang-orang Yahudi, justru kesetaraan antara Kristus dengan Allah diajarkan beberapa kali.

Sekali lagi, bagi orang-orang Yahudi kesetaraan Kristus dengan Allah merupakan sesuatu yang luar biasa. Entah mereka mempercayainya atau menolaknya. Tuhan memberkati kita.