Dalam edisi yang lalu kita sudah belajar tiga alasan mengapa Juruselamat kita haruslah seorang manusia sejati. Hari ini kita akan menambahkan alasan keempat, kelima dan yang keenam: Mengapa Juruselamat kita harus seorang manusia sejati?

Alasan yang keempat, karena hanya pribadi yang sungguh-sungguh manusia yang bisa mewakili manusia dan menjadi mediator yang sempurna antara manusia dengan Allah. Ini disebutkan di dalam 1 Timotius 2:5 “Hanya ada satu mediator/perantara saja antara Allah dan manusia yaitu manusia Yesus Kristus.” Paulus dengan tegas menuliskan di sana: manusia Yesus Kristus. Sebagaimana telah kita singgung dalam edisi yang lalu bahwa karena yang diwakili adalah Allah dan manusia, maka perantaranya harus memiliki sifat-sifat Allah dan sifat-sifat manusia. Kali ini kita fokus pada sifat manusia.

Seseorang yang mewakili orang lain haruslah benar-benar mengerti, berbagi sifat dan berbagi beberapa hal dengan orang yang dia wakili. Misalnya jika kita mau berbicara tentang penggalangan dana untuk penyandang disabilitas; maka saya percaya hanya orang-orang yang menyandang disabilitas atau orang yang dekat dengan penyandang disabilitas yang paling pas untuk menggalang dana. Karena mereka benar-benar mengetahui bagaimana perjuangan, pergumulan dan pergulatan hidup dari orang-orang yang menyandang disabilitas. Bukan berarti orang-orang yang lain tidak memiliki hal semacam itu. Tetapi orang-orang lain tidak benar-benar bisa berbagi pengalaman perasaan empati. Kalau kita mau mewakili orang lain kita harus benar-benar bisa mengerti dan berbagi beberapa hal yang sama dengan orang yang kita wakili. Itu adalah alasan yang keempat, mengapa Juruselamat kita harus manusia Yesus Kristus? Karena Dia mewakili manusia dan memediasi manusia kepada Allah.

Alasan yang kelima, karena dengan kemanusiaan-Nya, Sang Juruselamat itu bisa memahami kita bukan dari jauh tetapi berdasarkan pengalaman. Alkitab berkali-kali menyatakan misalnya di dalam Ibrani 2:18 bahwa karena Dia pernah menderita karena pencobaan, maka Dia bisa menolong mereka yang dicobai. Di dalam Ibrani 4:15-16, dikatakan bahwa Imam Besar yang kita miliki bukan hanya Imam Besar yang ada di dalam kemuliaan-Nya, tetapi Imam Besar yang juga dapat memahami kelemahan-kelemahan kita, karena sama seperti kita, Dia telah dicobai, walaupun Dia tidak pernah berbuat dosa.

Allah tahu segala sesuatu. Tanpa menjadi manusia pun Allah tahu penderitaan kita. Tanpa berinkarnasi menjadi daging pun dan tanpa mengalami pencobaan pun, Allah juga bisa memahami kita. Tetapi untuk kepentingan kita, kita semua tahu bahwa akan lebih menghibur, kalau kita tahu bahwa Allah mengetahui pergumulan kita, bukan hanya dari jauh dan bukan karena Dia Mahatahu; tetapi karena Dia pernah menjadi sama dengan manusia, Dia pernah mengalami pencobaan, Dia pernah mengalami penderitaan sama seperti kita; di dalam segala hal Dia pernah mengalaminya. Itu sebabnya Dia bisa memahami kita. Ini jelas sangat menghibur kita. Seseorang baru bisa menjadi guru yang terbaik kalau dia menempatkan dirinya dalam perspektif seorang murid. Kalau seorang guru tidak pernah mengalami kesulitan di dalam belajar maka biasanya dia kurang bisa memposisikan diri pada perspektif murid yang mungkin mengalami persoalan dan kesulitan ketika belajar. Tapi kita bersyukur, Juruselamat kita bukan cuma melihat kita dari jauh. Dia datang menjadi manusia. Dia merasakan apa yang kita rasakan.

Alasan yang keenam, karena kemanusiaan-Nya itu diperlukan supaya Dia bisa mati. Kita dapat memperoleh hidup kekal, itu karena kematian Juruselamat kita. Kalau Juruselamat kita hanyalah Allah sejati, maka Allah tidak bisa mati. Kalau Dia tidak bisa mati, maka Dia tidak bisa memberi kehidupan kepada kita. Itu sebabnya Juruselamat kita harus manusia supaya dia bisa mati.

Tapi bukan cuma itu sebetulnya. Ketika Dia mati, Dia juga mati dengan tubuh-Nya, tubuh manusiawi-Nya. Ini memberi jaminan bagi kita, bahwa nanti kita juga akan dibangkitkan dan diberi tubuh kemuliaan. Dalam 1 Korintus 15 Paulus banyak berbicara tentang tubuh kemuliaan ini, misalnya di ayat yang ke-23, 42-44, 49, Paulus mengulang berkali-kali, bahwa kita bukan cuma dibangkitkan secara roh, tapi nanti kita akan diberi tubuh kemuliaan. Apakah jaminan bahwa kita akan memperoleh tubuh kemuliaan? Jaminannya adalah karena Allah pernah menjadi manusia, pernah memiliki tubuh, dan tubuh itu adalah tubuh yang bangkit, yang tidak dikalahkan oleh kematian.

Jadi, mengapa Juruselamat kita harus manusia? Supaya Dia bisa mati bagi kita; tetapi pada saat bersamaan, tubuh kebangkitan-Nya itu juga menjadi alasan, keyakinan dan harapan bagi kita; bahwa kita pun akan menerima tubuh kemuliaan kelak bersama dengan Tuhan. Ini doktrin yang menghibur kita luar biasa. Tuhan memberkati kita. Amin.