Oleh Pdt. Yakub Tri Handoko

Kita sudah belajar bahwa manusia diciptakan sebagai gambar Allah. Kita juga sudah belajar bahwa manusia pada akhirnya jatuh ke dalam dosa. Pertanyaan: Apakah dampak dosa bagi manusia sebagai gambar Allah? Apakah dosa menghilangkan/menghancurkan gambar Allah dari diri manusia? Dosa tidak menghilangkan atau menghancurkan gambar Allah dalam diri manusia, tetapi dosa merusak gambar Allah.

Setelah manusia jatuh di dalam dosa, manusia tetap dikatakan sebagai gambar Allah. Sebagai contoh, setelah peristiwa Kejadian 3, yaitu kejatuhan manusia dalam dosa, dalam Kejadian 5:1-3, dikatakan demikian: “Inilah daftar keturunan Adam. Pada waktu manusia itu diciptakan oleh Allah, dibuat-Nyalah dia menurut rupa Allah; . . .Setelah Adam hidup seratus tiga puluh tahun, ia memperanakkan seorang laki-laki menurut rupa dan gambarnya, lalu memberi nama Set kepadanya.” Demikian juga yang dinyatakan dalam Kejadian. 9:6, “Siapa yang menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia, sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.” Perhatikan, alasan Tuhan melarang manusia membunuh sesamanya adalah karena manusia diciptakan menurut gambar Allah.

Perjanjian Baru juga memberikan penjelasan yang sama. Di dalam Yakobus 3:9, dituliskan “Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita. Dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,” Yakobus melarang penerima suratnya bersikap tidak konsisten, mulut mereka dipakai memuji Tuhan, tetapi pada saat yang sama, mulut mereka dipakai mengutuki sesamanya yang diciptakan menurut gambar Allah. Dari ayat-ayat ini, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa gambar Allah dalam diri manusia tidak hilang. Manusia tetap sebagai gambar Allah; tetapi gambar Allah di dalam diri manusia telah mengalami kerusakan.

Roma 3:23 menyatakan, “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah.” Mayoritas Alkitab versi bahasa Inggris, menerjemahkan kata ‘”ehilangan” dengan lebih tepat, yaitu “kekurangan”. “For all have sinned, and fall short of the glory of God.” Manusia mengalami kekurangan dari kemuliaan yang pertama Allah berikan kepada mereka. Jadi manusia tidak sepenuhnya kehilangan kemuliaan Allah, tetapi manusia mengalami kekurangan kemuliaan Allah (fall short of the glory of God). Manusia yang berdosa tetap sebagai gambar Allah, tetapi gambar itu telah menjadi rusak.

Puji Tuhan, Allah tidak pernah meninggalkan kita dalam keadaan yang tanpa harapan. Ketika Dia melihat manusia berada dalam keadaan yang telah mengalami kerusakan maka Allah melakukan sesuatu, yaitu mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia untuk menebus gambar-gambar yang rusak itu. Menariknya, beberapa kali Alkitab menyebut Yesus Kristus yang datang ke dalam dunia disebut sebagai gambar Allah atau wujud Allah. Misalnya di dalam Kolose 1: 15 dikatakan “Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang diciptakan,” Begitu juga dalam Ibrani 1:3, dikatakan “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.”

Manusia sebagai gambar Allah sudah rusak, tetapi Allah mengirim Anak-Nya sendiri, yaitu gambar-Nya yang sempurna untuk menjadi manusia, menebus gambar-gambar yang rusak itu, supaya gambar yang rusak itu terus menerus mengalami transformasi untuk menjadi serupa dengan gambar Anak Allah. Hal ini dicatatkan oleh Paulus dalam Rom. 8:29, “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.” Demikian pula dalam Kolose 3:10, Paulus mengatakan: “Dan telah mengenakan manusia baru yang terus menerus diperbarui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khalik-Nya.”

Allah yang menciptakan manusia, bukan Allah yang melepaskan tangan atas manusia. Ketika Ia melihat manusia mengalami persoalan dan mendapati gambar Allah itu rusak, maka Ia memperbaikinya. Ia melakukan sesuatu supaya gambar yang rusak itu terus diperbaiki dan terus mengalami transformasi, yang pada akhirnya kelak kita diubahkan menjadi serupa dengan gambar Anak Allah, seperti sediakala. Kalau kita mendapati barang yang sudah rusak, kita cenderung membuangnya, tetapi Allah tidak demikian. Ketika Ia mendapati barang ciptaan-Nya rusak, Ia melakukan sesuatu supaya barang itu bisa kembali sempurna. Itulah Allah kita. Kiranya berita ini menyejukkan dan menjadi penghiburan bagi kita, walaupun kita sudah rusak, tetapi kita ada di tangan Penjunan, yang tidak pernah melepaskan tangan-Nya atas kita. Tuhan memberkati.