Setahun setelah Sumpah Pemuda tahun 1928, Liem Koen Hian mendirikan koran Sin Tit Po, serta giat mengajak keturunan Tionghoa turut berjuang sebagai bangsa Indonesia bagi tanah air Indonesia. Amir Syarifuddin, Muhammad Yamin, dan Sanusi Pane termasuk rekan-rekan seperjuangannya. Seperti kata Amir, kebangsaan tidak ditentukan oleh darah atau kulit atau rupa wajah, tapi oleh tujuan dan keinginan yang sama untuk menjadi satu bangsa.
Demikian sekelumit dari ceramah kebangsaan Matius Ho, direktur eksekutif Institut Leimena, dalam perayaan HUT ke-89 CFMU (Chinese Foreign Missionary Union) pada tanggal 6 April 2018 di Sendawar, Kutai Barat, Kalimantan Timur.
Acara tersebut dihadiri para pimpinan dan anggota jemaat dari tiga sinode gereja yang dirintis oleh pelayanan CFMU, yakni GKKA (Gereja Kebangunan Kalam Allah), GEPEKRIS (Gereja Persekutan Kristen Indonesia), dan GPMII (Gereja Persekutuan Misi Injil Indonesia). Sesi panel bersama Pdt. Tjia Ing Kie, ketua umum sinode GKKA, tersebut dimoderatori oleh Tras Satriawarman, setelah diawali oleh sesi ceramah Bupati Kutai Barat, FX. Yapan, SH. (Institut Leimena)
Seminar Kebangsaan
Related posts