Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko
Kita sudah tahu kita diperintahkan untuk menghormati ayah dan ibu kita. Kita juga sudah tahu bahwa ada banyak aspek pengertian tentang orang tua yang dimaksud di sana, bukan hanya secara biologis tapi juga secara status, otoritas, jabatan, kerohanian dan sebagainya. Mungkin kita mengalami kesulitan untuk melakukan perintah ini. Beberapa orang merasa sulit melakukan karena mereka tidak tahu alasan dan dasar dari perintah tersebut. Beberapa orang memandang orang tuanya bukan orang yang patut dihormati karena telah mengabaikan anak, pemabuk, pengangguran atau penjudi. Kita juga bergumul dengan pemimpin/ atasan yang karakternya jelek dan kita anggap tidak layak untuk dihormati. Sebagai murid, kita merasa ada guru-guru tertentu yang tidak layak untuk dihormati. Mungkin kita semua bergumul: Apa alasan kita harus tetap menghormati mereka yang disebut “orang tua”?
Di dalam perintah yang diberikan, Tuhan berkata: “Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu” (Kel. 20:12). Jadi mengapa kita harus menghormati orang tua? Supaya kita berbahagia dan lanjut umur. Di dalam Efesus 6:2-3 Rasul Paulus mengutip Keluaran 20:12. Setelah Paulus memberitahu bahwa masing-masing anggota keluarga punya tanggung jawab -istri tunduk kepada suami dan suami mengasihi istri- Paulus kemudian membahas tentang tanggung jawab anak kepada orang tua. Paulus berkata: “Hormatilah ayahmu dan ibumu–ini adalah suatu perintah yang penting, seperti yang nyata dari janji ini: supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.”
Menariknya, ketika Musa (Keluaran 20) dan Paulus (Efesus 6) memerintahkan kita untuk menghormati orang tua, mereka tidak menyinggung tentang keadaan orang tua. Mereka tidak mengatakan: Hormatilah ayahmu dan ibumu karena mereka adalah orang yang berjasa, baik dan patut kita banggakan. Alasan kita menghormati orang tua bukan terletak pada orangtua atau pada objek yang kita hormati tapi justru terletak pada kita dan pada Allah. Allah memberikan janji bahwa siapa yang menghormati ayah dan ibunya, dia akan menerima janji Allah. Allah akan menepati janji-Nya, yaitu supaya kita berbahagia dan panjang umurmu di bumi. Jadi barangsiapa menghormati orang tuanya, tidak peduli seperti apa orang tuanya maka Tuhan memberikan janji ini kepadanya.
Sampai di sini kita perlu merenung: Bukankah menghormati orang tua seharusnya menjadi hal yang “alamiah” untuk kita? Bukankah menghormati orang tua seharusnya adalah hal yang biasa sehingga tidak perlu diberikan pahala atau apresiasi khusus terhadap hal itu? Tapi ternyata untuk hal tersebut Tuhan memberikan janji-Nya: Jika kita menghormati ayah dan ibu kita, maka Tuhan memberikan panjang umur dan berbahagia.
Mungkin bagi kita janji ini bukan janji yang mengesankan sekali. Kita sudah sering melihat orang yang tua dan sakit-sakitan. Tidak sedikit dari kita yang berkata: “Aku tidak mau terlalu tua. Aku ingin meninggal dunia dalam keadaan yang sehat”. Janji ini harus kita lihat dalam perspektif PL dan budaya kuno dulu, dimana orang yang lanjut usia dipandang sebagai orang yang diperkenan oleh Tuhan. Sebaliknya, orang yang mati muda dipandang mungkin kena tulah, kutuk, dsb. Jadi esensi “lanjut usia” di sini adalah diperkenan oleh Allah, bukan masalah panjangnya umur. Itu sebabnya Alkitab bukan hanya bicara tentang “lanjut usia” tapi juga “berbahagia”. Walaupun di Keluaran 20 cuma disebutkan supaya “lanjut umurmu”, tetapi Rasul Paulus mengutip itu dengan menambahkan “supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di bumi.” Jadi bukan hanya sekadar usia kita banyak tetapi usia yang banyak itu menjadi lambang dan wujud Allah berkenan kepada kita.
Di dalam Ulangan 4:40 dikatakan: “Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya.” Ayat ini mirip dengan ayat yang kita sudah baca dari Efesus 6 bahwa “lanjut umur” tidak berdiri sendiri tapi dikaitkan dengan “kebahagiaan” dan dengan “baik keadaanmu”. Jadi sekali lagi “lanjut usia” bukan cuma tentang usia yang panjang. Di dalam budaya kuno itu merupakan simbol/lambang/bukti bahwa orang itu adalah orang yang diperkenan oleh Allah. Salah satu wujud perkenanan Allah itu adalah keadaan orang itu baik dan orang itu lanjut umurnya.
Mungkin dalam konteks sekarang perkenanan Allah tidak selalu bentuknya sama dan tidak selalu harus panjang umur. Yesus juga tidak berumur panjang tapi Allah berkenan kepada-Nya. Ada beberapa orang yang baik dan mengasihi Tuhan, mereka juga meninggal lebih muda daripada orang orang lain. Tetapi intinya tetap sama, siapa saja yang menghormati ayah dan ibunya dan memegang perintah Tuhan maka Tuhan memberikan sebuah janji bahwa Tuhan berkenan kepada orang itu dan akan memberikan apa yang Tuhan pandang baik untuk orang tersebut. Itulah alasan mengapa kita menghormati orang tua kita. Tuhan memberkati.
Related posts