Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko.

Hari ini kita akan membahas tentang sebuah keberatan yang kadangkala diajukan untuk menentang katekisasi.  Sebagian orang menganggap bahwa tugas untuk mengajarkan kebenaran firman Tuhan kepada anak-anak -terutama anak remaja yang biasanya banyak mengambil kelas katekisasi- merupakan tugas orang tua, dan bukan tugas dari gereja.  Bagaimana kita meresponi keberatan semacam ini?

Pertama, kita harus mengakui dan menekankan bahwa pendidikan teologi adalah tanggung jawab orang tua.  Ulangan pasal ke-6 menjelaskan bahwa orang tua diwajibkan untuk mengetahui bahwa Tuhan itu esa, mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh, dan mengajar serta membimbing anak-anak mereka di dalam ajaran dan nasihat Tuhan.  Tak terelakkan, semua pembinaan kerohanian anak-anak bukanlah terutama merupakan tanggung jawab gereja dan guru sekolah minggu, tetapi tanggung jawab orang tua.

Kedua, bukan berarti bahwa gereja berpangku tangan dan tidak bertanggung jawab terhadap pendidikan teologi. Walaupun tanggung jawab utama terletak di bahu para orang tua, tetapi sebagai gereja -terutama sebagai gereja yang menganut Teologi Reformed, yang mempraktikkan baptisan anak- dituntut lebih bertanggung jawab dan berperan lebih besar dalam mendidik anak-anak kecil.  Karena sebagaimana kita ketahui, baptisan anak disamakan dengan sunat pada Perjanjian Lama, dan merupakan tanda bahwa seseorang sudah dimasukkan di dalam komunitas umat perjanjian yang baru, yaitu di dalam komunitas orang percaya di dalam gereja.  Dengan demikian ketika gereja menyaksikan/melayankan baptisan anak, gereja sedang berpartisipasi bukan hanya sebagai saksi, tetapi mereka juga menjadi mentor di kemudian hari bagi anak-anak atau bayi bayi yang dibaptis.

Dengan demikian kita tahu di dalam Teologi Reformed, gereja memegang peranan yang lebih dalam mendidik anak-anak di jemaat setempat.  Baptisan adalah tanda bahwa anugerah mendahului yang lain.  Sebelum anak-anak itu tahu, anak-anak itu sudah diserahkan ke dalam tangan Tuhan.  Kita mendapatkan anugerah dari Tuhan, tetapi gereja selanjutnya harus terus mengolah kerohanian anak ini. Dengan cara apa?  Dengan cara gereja memberikan pengajaran-pengajaran yang benar, ibadah-ibadah yang konstruktif dan alkitabiah. Salah satu yang penting adalah ketika anak-anak itu dewasa, mereka mau mengambil keputusan untuk percaya kepada Tuhan Yesus sebagai keputusan pribadi mereka.  Itu sebabnya mereka perlu diajar secara khusus melalui katekisasi.  Dari sini terlihat, bahwa gereja Reformed yang mempraktekkan baptisan anak, jelas memiliki tanggung jawab dalam pembinaan anak-anak dan harus melakukannya secara lebih giat daripada yang lain.

Ketiga, kita harus mengakui bahwa tidak semua orang tua mampu mengajar anak-anak dalam pendidikan teologi.  Tidak semua orang tua mereka memiliki pengetahuan teologi yang benar, apalagi kalau kita mempertimbangkan bahwa sebagian orang tua bukan orang yang percaya kepada Tuhan Yesus.  Jika kita hanya menyerahkan pembinaan itu secara total kepada orang tua, sementara gereja berpangku tangan; maka apa yang akan terjadi dengan anak-anak yang orang tuanya bukan orang yang percaya?  Jelas ini merupakan hal yang sulit bagi mereka dan di situlah  gereja memiliki peranan mengajarkan kebenaran kebenaran firman Tuhan, yang tidak terlalu dikuasai oleh orang tua dari anak-anak itu.

Pada saat gereja mengajarkan katekisasi, sebetulnya gereja sedang mempersiapkan para orang tua di masa yang akan datang.  Kelak nanti anak-anak remaja dan pemuda itu akan menjadi orang tua.  Jika mereka dibekali dengan baik dalam katekisasi, maka nanti ke depan mereka akan menjadi orangtua yang lebih baik, lebih mampu mengerti kebenaran firman, serta mengajarkannya kepada anak-anak mereka.  Dengan demikian kita tahu betapa pentingnya katekisasi, yaitu untuk mempersiapkan dan mencetak para orang tua di kemudian hari, yang lebih mampu mengajarkan kebenaran firman Tuhan.

Jadi hari ini kita telah belajar tiga jawaban terhadap pertanyaan bahwa katekisasi seharusnya menjadi tugas orang tua.  Pertama, memang tanggung jawab utamanya tetap terletak di tangan orang tua.  Kedua, sebagai gereja, khususnya yang menganut Teologi Reformed dan mempraktikkan baptisan anak, memiliki tanggung jawab yang lebih besar mengajarkan firman Tuhan kepada anak-anak yang sudah dibaptis.  Ketiga, katekisasi diberikan karena sebagian orang tua tidak mampu mengambil peran mengajar kebenaran kepada anak-anak mereka. Katekisasi diberikan untuk mempersiapkan para anak muda supaya mereka kelak menjadi orang tua yang mampu menasehati anak-anak mereka di dalam kebenaran firman Tuhan. mereka di dalam kebenaran firman Tuhan.