Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko
Apakah makna perintah yang kelima? Perintah yang kelima mengajarkan kita untuk menghormati ayah dan ibu kita. Jika kita melihat Sepuluh Perintah secara keseluruhan maka kita bisa melihat keunikan dari posisi perintah yang kelima. Perintah pertama sampai keempat berbicara tentang relasi vertikal dengan Allah, sedangkan perintah ke-5 sampai yang ke-10 berbicara tentang relasi horizontal kita dengan sesama. Di antara semua perintah yang mengatur tentang aspek horizontal, perintah menghormati orang tua muncul di bagian yang paling awal. Ini bukanlah sebuah kebetulan tapi kesengajaan, yaitu untuk menunjukkan bahwa apa yang kita lakukan kepada orang tua sangatlah penting dan melebihi perintah-perintah horizontal lainnya.
Tetapi apakah yang dimaksud dengan “menghormati orang tua”? Apa yang dimaksud “orang tua” di dalam konteks ini? Kalau kita membaca dengan teliti maka kita akan menemukan kata “orang tua” di sini mengandung banyak aspek. Aspek yang pertama, orang tua secara biologis. Di dalam Amsal 23:22 dikatakan: “Dengarkanlah ayahmu yang memperanakkan engkau, dan janganlah menghina ibumu kalau ia sudah tua”. Kata “ayah” yang dimaksud di sini adalah orang yang “memperanakkan engkau”. Hal ini berbicara tentang ayah dan ibu kita secara biologis. Kita harus menghormati ayah dan ibu kita secara biologis.
Aspek yang kedua, orang yang usianya lebih tua. Mereka mungkin bukan ayah dan ibu kandung kita, tetapi siapa saja yang lebih tua dari kita, berhak untuk kita hormati. Di dalam 1 Timotius 5:1-2 dikatakan: “Janganlah engkau keras terhadap orang yang tua, melainkan tegorlah dia sebagai bapa. Tegorlah orang-orang muda sebagai saudaramu, perempuan-perempuan tua sebagai ibu dan perempuan-perempuan muda sebagai adikmu dengan penuh kemurnian.” Jadi ini bukan berbicara tentang keluarga secara biologis tapi tentang orang lain yang usianya lebih tua dari kita. Mereka harus kita hormati sebagai bapa dan ibu kita.
Aspek yang ketiga, orang yang tua secara rohani. Mereka antara lain adalah hamba-hamba Tuhan atau pembina rohani kita. Dalam 1Korintus 4:15-16 Paulus mengingatkan jemaat Korintus -yang mengkritik dia dan mengecam dia- bahwa dia adalah bapak bagi mereka semua. Mereka bisa saja punya banyak pengajar, pendidik dan orang hebat yang menyampaikan firman Tuhan kepada mereka; tetapi bagaimana pun Paulus adalah bapa secara rohani bagi mereka. Alkitab menceritakan tentang kisah seorang perwira Aram bernama Naaman. Dia sakit lalu pergi kepada nabi Elisa yang menyuruhnya untuk mandi di sungai Yordan. Awalnya Naaman menolak hingga bujangnya mengingatkan dia bahwa Elisa adalah seorang nabi dan jika seorang nabi menyuruh kita, maka kita harus melakukannya (lih. 2 Raj 5:13). Nabi yang dari Tuhan punya otoritas dari Tuhan. Kita diminta menghormati rohaniwan, menghormati nabi dan rasul karena mereka adalah orang-orang yang lebih rohani. Mereka adalah orang tua secara rohani.
Aspek yang keempat, orang tua secara status. Mungkin usia mereka tidak lebih tua dari kita, tetapi karena statusnya, kita memperlakukan mereka dengan penuh hormat seperti kita memperlakukan orang tua kita. Di dalam Efesus 5:21-22 dikatakan bahwa masing-masing kita harus saling merendahkan diri satu dengan yang lain (ay.21). Menariknya di ayat ke-22 dikatakan: “Hai isteri, tunduklah kepada suamimu . . .” Padahal sudah dikatakan dalam konteks yang lebih luas bahwa masing-masing orang harus saling merendahkan diri. Tetapi begitu masuk pada konteks hubungan suami istri, maka istri yang harus tunduk kepada suami, bukan sebaliknya. Ini berbicara tentang status.
Di dalam sebuah relasi atau status sosial tertentu, kita harus menghormati orang lain yang ada di atas kita. Ini bukan hanya tentang “status”, tetapi juga “jabatan”. Ada orang lain yang jabatannya lebih tinggi daripada kita, maka kita juga perlu menghormati orang itu. Di dalam 1Timotius 5:17 dikatakan: Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. Penatua “yang pimpinannya baik” dihormati dua kali lipat, namun “yang tidak baik” pun tetap harus kita hormati, karena mereka itu para penatua. Mereka punya status, dalam arti punya jabatan yang di atas kita sehingga kita tetap harus menghormati mereka.
Aspek yang kelima, pemegang otoritas. Di dalam Roma 13, Paulus mengatakan bahwa kita harus menghormati dan menaati para pemerintah karena mereka memiliki otoritas. Mereka dipilih oleh Allah untuk mengatur rakyatnya. Kemudian dalam Kolose 3:22 Paulus memberikan nasihat kepada para hamba dan kepada para budak, demikian: “Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan”. Tuan punya otoritas atas hamba, karena itu hamba perlu memberikan penghormatan kepada tuannya.
Jadi, “orang tua” dapat kita pahami secara biologis, usia, kerohanian, status, jabatan maupun otoritas. Hal ini terangkum dalam perkataan Paulus di dalam surat Roma 13 “Berilah kepada orang apa yang patut diberikan kepadanya: rasa hormat kepada orang yang berhak untuk menerima rasa hormat.” Jadi hormatilah orang-orang yang Tuhan taruh di atas hidupmu, karena itu menyenangkan hati Tuhan. Tuhan memberkati.
Related posts
2 Comments
Leave a Reply
… [Trackback]
[…] There you will find 31292 more Info on that Topic: gkkai.com/145-apakah-makna-perintah-kelima/ […]
… [Trackback]
[…] Here you can find 45711 additional Info to that Topic: gkkai.com/145-apakah-makna-perintah-kelima/ […]