Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko
Jika saya mengucapkan “666”, apa yang ada di dalam benak saudara? Saya yakin sebagian besar dari saudara langsung akan mengatakan itu adalah tanda dari antikristus. Benar! Salah satu tanda antikristus yang dikatakan dalam Alkitab adalah bilangan “666” (lih. Why. 13:18). Mungkin hampir semua orang Kristen tahu bahwa “666” berkaitan dengan antikristus, tetapi masih ada banyak hal tentang tanda ini yang belum kita ketahui. Dalam edisi kali ini kita akan membahas pertanyaan: Apakah tanda “666” harus ditafsirkan secara hurufiah atau sekadar simbol yang harus kita ketahui makna di baliknya? Bagi beberapa orang yang menganggap tanda ini secara hurufiah maka mereka mudah untuk mencari-cari, kira-kira apa peristiwa/benda/teknologi baru yang berkaitan dengan “666”, lalu mereka menolak semuanya itu.
Bertahun-tahun yang lalu, saat pertama kali komputer mau diedarkan, orang mulai tertarik dengan komputer. Ada orang yang mencoba untuk menghitung huruf “c” dikategorikan dengan angka berapa atau huruf “o” angka berapa.. Selanjutnya mereka mengidentikkan komputer ini sebagai produk antikristus. Atau pada waktu barcode diterapkan, orang mulai memikirkan demikian: di barcode itu ada garis yang panjang; dua di kiri, dua di tengah dan dua di kanan, lalu mereka berspekulasi bahwa mungkin itu tanda antrikristus (666). Kalau saudara memandang tanda “666” adalah tanda yang seharusnya dipahami secara hurufiah maka saudara tidak akan berhenti untuk berspekulasi tentang banyak hal. Namun hari ini kita akan belajar bahwa tanda “666” harus dimaknai secara simbolis. Inilah beberapa alasannya.
Alasan pertama, karena kitab Wahyu secara umum memang memiliki jenis sastra apokaliptis. Apokaliptis berarti penuh dengan simbol, penuh dengan makna, bukan secara hurufiah tetapi secara simbolis. Kalau kita membaca kitab Wahyu, maka kita akan menemukan bahwa kitab ini tidak bisa ditafsirkan secara hurufiah. Jika kita memaksakan bahwa kitab Wahyu harus ditafsirkan secara hurufiah, maka akan ada banyak bagian yang tidak masuk akal karena memang kitab Wahyu sebagian besar berjenis sastra apokaliptis.
Alasan kedua, karena sesuai konteks Wahyu 13, bilangan “666” adalah imitasi dari Iblis terhadap Allah. Dalam bagian ini kita bisa melihat ada kemiripan antara binatang-binatang yang dikendalikan Iblis dengan Kristus. Misalnya: sama-sama disebut anak domba; bedanya, binatang di pasal 13:11disebut “seperti domba tapi berbicara seperti naga”. Kemudian, Anak Domba yang merujuk kepada Kristus itu disebut “Anak Domba yang telah disembelih, tetapi bangkit” , sementara binatang itu disebut “anak domba yang terluka parah dan sembuh”. Masih ada banyak kesamaan, karena memang ini cara kerja Iblis yaitu mengimitasi dan ingin meniru apa yang dilakukan Kristus. Itulah konteks Wahyu 13. Dalam konteks itu kita seharusnya menafsirkan bilangan “666” sebagai bentuk kegagalan dalam meniru Kristus. Kristus itu sempurna dan angka sempurna dalam kitab Wahyu adalah angka 3, 7, 10. Jika dikatakan bahwa binatang itu hanya bisa “666”, itu berarti ia gagal mencapai 7 dan jika disebutkan 3 kali berarti gagal, gagal, dan gagal. Ini bicara tentang kegagalan total untuk menyamai Kristus.
Alasan ketiga, karena tanda “666 “ini merupakan bagian dari tanda antikristus yang ada di dahi maupun tangan. Kita perlu paham bahwa di dalam kitab Wahyu, tanda di dahi itu juga ada pada pengikut Anak Domba. Menariknya, tepat setelah Wahyu 13:18, yaitu dalam Wahyu 14:1, kita menemukan bahwa “Anak Domba berdiri di bukit Sion dan bersama-sama dengan Dia seratus empat puluh empat ribu orang dan di dahi mereka tertulis nama-Nya dan nama Bapa-Nya.” Kalau memang tanda di dahi para pengikut Yesus Kristus tidak mungkin ditafsirkan secara hurufiah, maka saya yakin tanda antikristus di dahi atau di tangan juga tidak hurufiah. Adalah tidak konsisten jika kita menafsirkan yang satu secara hurufiah dan yang lain secara figuratif.
Kiranya penjelasan ini bisa menenangkan kita dan menjernihkan sebuah persoalan yang sering diperdebatkan ini. Bilangan “666” harus ditafsirkan secara figuratif. Ada makna simbolis di dalamnya. Tuhan memberkati kita.
Related posts