Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko
Pada hari ini kita akan belajar tentang dua pertanyaan sekaligus. Pertanyaan pertama: Mengapa diperlukan Wahyu Khusus? Kita sudah belajar bahwa ada Wahyu Umum dan ada Wahyu Khusus. Mengapa Allah perlu memberikan Wahyu Khusus? Jawabannya adalah karena apa yang bisa diketahui dari Wahyu Umum sangatlah terbatas. Apa yang bisa dipahami dengan Wahyu Umum tidak cukup untuk membawa manusia memahami keselamatannya.
Melalui Wahyu Umum, kita dapat mengenal bahwa Allah itu Mahakuasa, baik, dan bijaksana; namun kita tidak bisa mengenal bahwa Allah itu adalah yang kebaikan-Nya bukan saja ditunjukkan melalui alam semesta yang indah, tapi juga melalui Anak-Nya yang menjadi manusia dan yang Dia berikan untuk menyelamatkan orang berdosa. Penebusan Yesus Kristus tidak bisa ditangkap melalui Wahyu Umum. Keberdosaan manusia juga tidak bisa dilihat dengan sebenar-benarnya dalam Wahyu Umum. Pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang berdosa yang memampukan mereka untuk bertobat, juga tidak dapat terlihat dalam Wahyu Umum.
Dengan kata lain, apa yang Allah nyatakan tentang diri-Nya melalui Wahyu Umum tidak akan membuat manusia mengerti hal-hal yang berkaitan dan berguna untuk keselamatan manusia. Allah perlu memberikan Wahyu Khusus, untuk menuntun manusia mengetahui tentang keselamatan serta menunjukkan kepada manusia bahwa mereka adalah orang-orang berdosa. Allah perlu memberikan Wahyu Khusus untuk menunjukkan betapa seriusnya dosa dalam hidup manusia, serta betapa tidak berdayanya mereka di hadapan dosa, sehingga mereka membutuhkan Kristus dan pekerjaan Roh Kudus dalam hidupnya.
Pertanyaan yang kedua: Apakah manusia dapat memahami wahyu Allah? Allah sudah memberikan wahyu, baik Wahyu Umum maupun Wahyu Khusus. Pertanyaannya, apakah manusia mampu memahami dan menerima wahyu Allah tersebut? Jawabannya: Dengan kekuatan sendiri, manusia tidak mungkin bisa memahami wahyu Allah, baik itu Wahyu Umum maupun Wahyu Khusus. Walaupun yang Allah nyatakan jelas, namun seringkali manusia gagal untuk memahaminya. Kalaupun manusia mengetahuinya, manusia juga seringkali gagal untuk menerimanya.
Roma 1:18-21 dengan jelas mengajar kita, bahwa Allah meletakkan manusia di bawah murka-Nya karena manusia menindas kebenaran. Paulus mengatakan “Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman.” Persoalan manusia bukan tidak tahu kebenaran; tetapi meskipun tahu kebenaran, manusia cenderung menindas dan melawan kebenaran tersebut. Hal ini disebabkan oleh keberdosaan manusia. Natur dosa membuat manusia condong kepada dosa. Sekalipun tahu kebenaran, mereka akan menindas kebenaran.
Dalam 2Korintus 4:4, Paulus juga mengatakan, “yaitu orang-orang yang tidak percaya, yang pikirannya telah dibutakan oleh ilah zaman ini, sehingga mereka tidak melihat cahaya Injil tentang kemuliaan Kristus, yang adalah gambaran Allah.” Jadi, walaupun Injil itu disebut sebagai cahaya, dan dikaitkan dengan terang dan kemuliaan Allah, tetapi manusia berdosa tetap tidak mungkin dapat memahami Injil. Mengapa? Karena mereka sudah dibutakan oleh ilah-ilah zaman ini. Manusia tidak dapat memahami wahyu Allah dengan kekuatannya sendiri. Manusia membutuhkan pekerjaan Roh Kudus.
Dalam 1Korintus 2:13-14, dikatakan bahwa manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah. Hanya oleh pekerjaan Roh Kudus dalam diri seseorang, maka dia dimampukan untuk mengerti tentang hal-hal rohani. Dalam Matius 11:27 Yesus juga mengatakan, “semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak ada seorang pun mengenal Bapa selain Anak . . .” Orang yang bisa mengenal Dia dan memperoleh hidup kekal adalah orang yang kepadanya Anak Manusia berkenan menyatakan diri-Nya. Tanpa inisiatif dan anugerah Allah yang bekerja di dalam diri seseorang, maka orang itu tidak mungkin bisa memahami Wahyu Allah; kalaupun dia bisa mengetahuinya, dia akan menindas wahyu itu. Jika kita bisa menerima dan mampu memahami wahyu Allah, maka kemampuan itu merupakan hasil dari anugerah Allah melalui pekerjaan Roh Kudus di dalam diri kita.
Oleh karena itu sudah sepatutnya kita menyambut wahyu Allah, baik Wahyu Umum maupun Wahyu Khusus, dengan hati yang bersyukur, serta meresponinya dengan ketaatan hidup kita. Wahyu Allah merupakan anugerah Allah yang besar dan tidak boleh kita sia-siakan. Allah sudah menyatakan diri-Nya melalui berbagai macam cara, supaya kita bisa mengenal dan memuliakan Dia. Sudahkah saudara siap hidup sesuai dengan wahyu itu ? Kiranya Tuhan memberkati kita. Amin.
Related posts