Oleh: Pdt. Hengky Tjia

Nats Alkitab : Kisah Para Rasul 2:1-13

Hari-hari belakangan ini, ketika kita harus beribadah di rumah, akibat risiko penyebaran Virus Corona; kita kembali disadarkan pada hakekat gereja itu sendiri.  Bahwa gereja itu yang terutama bukanlah “gedungnya”, melainkan “orang-orang yang ada di dalamnya”, termasuk saya dan saudara.  Baik kita memahami gereja sebagai “orang” maupun “gedung”; pernahkah saudara bertanya: Apakah gunanya gereja?  Jika pabrik roti menghasilkan roti, pabrik sepatu menghasilkan sepatu; lalu apa yang seharusnya dihasilkan oleh gereja?  Untuk menjawab pertanyaan “apa gunanya gereja?”, kita perlu melihat kembali maksud dan tujuan Allah mendirikan gereja-Nya. 

Sebelum Tuhan Yesus naik ke surga, Dia berpesan kepada murid-murid-Nya: “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.” (Kis 1:8). 

Pesan terakhir Yesus ini ditujukan-Nya kepada semua murid Kristus.  Pesan ini menunjukkan bahwa gereja ada dan gereja dipanggil untuk menjadi saksi Kristus.  Dalam hidup kita ada sebuah tugas yang sangat penting, yaitu tugas untuk menjadi saksi Kristus.  Itu berarti bahwa hidup gereja, hidup murid Kristus, hidup saya dan saudara barulah berguna, ketika kita memberitakan tentang keselamatan di dalam Kristus.

Mengapa kita harus bersaksi? Karena Allah sendiri masih tetap dan terus mengerjakan “sejarah keselamatan-Nya”.  Dengan hikmat dan cara-Nya, Allah aktif di dalam sejarah, untuk membawa jiwa-jiwa kembali pada-Nya.

Hari ini kita merayakan Pentakosta.  Tahukah saudara bahwa Pentakosta bukan hanya milik orang Kristen saja.  Pentakosta merupakan salah satu perayaan tahunan bagi orang Yahudi, yang diadakan pada hari ke-50, yang dihitung sejak Hari Raya Paskah/Pesah (keluarnya orang Israel dari Mesir).  Apa yang mereka rayakan atau peringati di Hari Pentakosta?  Di hari Pentakosta orang Yahudi memperingati peristiwa turunnya Taurat yang diwahyukan oleh Allah kepada Musa di gunung Sinai.  Pentakosta juga dirayakan sebagai pengucapan syukur atas hasil panen gandum; yang mana pengucapan syukur tersebut dirayakan selama 7 minggu.

Jadi di Perjanjian Lama, umat Israel menghayati hari raya Pentakosta sebagai “pencurahan” berkat-berkat Allah di dalam kehidupan mereka, yang mana berkat-berkat Allah tersebut dinyatakan secara spiritual dalam bentuk firman Allah yaitu Taurat; dan juga secara jasmaniah berupa makanan yang ditumbuhkan oleh Allah melalui hasil panen.

Sedangkan di PB, umat Kristen menghayati hari raya Pentakosta sebagai pencurahan berkat-berkat “Roh Kudus”, bagi setiap orang yang percaya kepada Kristus.  Di PL Pentakosta merupakan hari lahirnya bangsa Israel, sedangkan di PB Pentakosta merupakan hari lahirnya gereja. 

Juga  menarik jika kita membandingkan peristiwa menara Babel di PL dengan peristiwa Pentakosta di PB. 

  • Di Menara Babel, Allah mengacaukan bahasa manusia (Kej. 11:1-9). Hukuman Allah itu mencerai-beraikan manusia, sedangkan berkat Allah pada hari Pentakosta justru mempersatukan orang-orang percaya di dalam Roh.
  • Di Menara Babel orang-orang tidak mengerti bahasa satu sama lain; tetapi pada hari Pentakosta, orang mendengar puji-pujian kepada Allah dan mengerti apa yang mereka katakan. 
  • Menara Babel adalah dirancang untuk memuji manusia dan mencari nama untuk manusia, tetapi Pentakosta justru membawa pujian kepada Allah.

Jadi peristiwa Pentakosta menunjukkan kepada kita sebuah sejarah penebusan, yang dikerjakan oleh tangan Allah yang berdaulat.  Allah tidak pernah meninggalkan buatan tangan-Nya.  Allah aktif di dalam sejarah, dengan hikmat dan cara-Nya yang ajaib Dia membawa manusia kembali pada-Nya  Dia tak pernah menyerah menghadapi keberdosaan manusia.  Rencana keselamatan-Nya tidak akan pernah bisa digagalkan oleh siapapun dan oleh apapun. 

Saudara yang terkasih, bukankah kasih dan kuasa-Nya yang sudah terbukti oleh sejarah, cukup untuk menguatkan kita menapaki hidup sebagai saksi-saksi Kristus?  Kita diyakinkan oleh sejarah dan oleh Alkitab, bahwa kita ada dan bekerja di dalam rencana keselamatan Allah.  Kedaulatan, kasih, dan kuasa-Nya cukup untuk meneguhkan kita dalam menapaki panggilan sebagai saksi-saksi Kristus.

Saudara yang terkasih, Pentakosta bukan saja membuktikan bahwa Allah itu berdaulat, tetapi Pentakosta juga menyatakan kepada kita bahwa Allah itu setia dan tidak akan meninggalkan kita.  Mengapa kita harus bersaksi?  Karena Allah kita masih tetap bekerja, mengerjakan keselamatan bagi orang berdosa. Bukankah ini yang menjadi passion atau kerinduan hati yang terdalam dari Tuhan Yesus?  Untuk itulah Kristus rela datang ke dunia ini, bahkan rela mati di kayu salib?  Agar manusia yang menjadi seteru Allah karena dosa, dapat kembali diperdamaikan dengan Allah. 

Seorang misionaris bernama Henry Martyn berkata “Roh Kristus adalah roh misi, semakin dekat kita kepada-Nya, harus semakin kuat misi kita.” Apakah gunanya gereja? Saya dan saudara adalah gereja,  kita ditugaskan untuk “menjadi saksi” dan menjadikan semua bangsa murid Tuhan. Kita dipanggil untuk menceritakan perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah (Kis 2:11). Kita baru berguna kalau kita menunaikan tugas kita dengan baik.

Pertanyaannya, mampukah kita menjadi saksi-saksi Kristus yang baik?  Bukankah saat ini kita hidup di tengah masyarakat agamis namun banyak kepalsuan dan kebobrokan di dalamnya.  Kita hidup pada jaman dimana kebenaran direlatifkan, dan kejahatan dikompromikan.  Kita hidup ditengah dunia yang korup dan kotor.  Kita juga menghadapi keinginan daging dan manusia lama kita yang terus berjuang melawan keinginan Tuhan.  Kecenderungan jaman kita yang selfis/egosentris, sungguh bertentangan dengan amanat yang Tuhan perintahkan, yaitu pergi dan perhatikan orang lain.

Lalu bagaimana kita bisa menunaikan tugas kita sebagai saksi-saksi Kristus yang baik?  Syukur kepada Allah, karena Dia bukan cuma menugaskan kita, tetapi Alkitab berkata, bahwa Dia juga akan memampukan kita. 

Peristiwa Pentakosta membuktikan dan mendemonstrasikan kuasa Allah yang akan memampukan kita menjadi saksi Kristus yang baik. Sekalipun setiap jaman punya tantangan tersendiri, dan setiap tempat punya kesulitannya sendiri.  Namun tidak sedetik pun Kristus membiarkan kita berjuang sendiri.   Dia menjanjikan Penolong bagi kita, yaitu Roh Kudus: “kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku”, dan janji ini digenapi-Nya pada hari Pentakosta.  Mari kita perhatikan Kisah Rasul 2:2-4

Kis 2:2  Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;

Kis 2:3  dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.

Kis 2:4  Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.

Dulu televisi tidak dilengkapi dengan remote-control [alat pengendali jarak-jauh].  Jika kita ingin menghidupkan atau mematikan televisi, atau mengatur volume, maka kita harus beranjak dari kursi, mendekat ke televisi, dan menyentuhnya langsung.  Tetapi kini, dengan remote-control, kita dapat membuat televisi kita melakukan apa yang kita inginkan.

Beberapa orang berpikir bahwa Yesus sedang duduk di atas takhta-Nya di surga dan memberikan perintah jarak jauh kepada para hamba-Nya di dunia.  Namun, sebelum naik ke surga, Dia berkata kepada para murid-Nya, “Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (ay.20).  Perhatikan saudara, bahwa ketika “Yesus menyertai para murid-Nya senantiasa”, dan Dia tidak menguatkan mereka melalui remote-control; Dia hadir bersama kita melalui Roh-Nya.  Kita bekerja bagi-Nya, sedangkan Dia bekerja di dalam kita.

Siapakah Roh Kudus itu? Alkitab berkata bahwa Roh Kudus adalah Allah sendiri.  Allah kita adalah Mahapencipta, yang agung dan di atas semuanya.  Allah kita juga adalah Mahapenyelamat, yang berkenan berada di samping kita.  Allah kita juga adalah Mahapenopang, yang menyertai dan menguatkan manusia dari dalam.  Tidak hanya menuntun kita dari samping, tetapi juga mendukung kita dari dalam.  Allah yang menopang dari dalam itulah Roh Kudus.  Dia bekerja melalui akal dan perasaan kita, tubuh dan kejiwaan kita.

Lalu apa yang dikerjakan oleh Allah Roh Kudus di dalam kita?  Roh Kudus bekerja di dalam kita, untuk memberi kehidupan.  Allah membentuk manusia dari debu tanah, namun debu tanah saja belumlah manusia.  Lalu Allah “menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”.  Tanpa Roh Allah, kita hanya bentuk tanpa isi.  Tanpa Roh Allah, kita cuma debu tanah, yang rawan dan hina.  Tanpa roh Allah, kita bukan manusia.

Roh Kudus juga bekerja di dalam kita untuk memberikan penjelasan.  Dia menjelaskan apa yang tidak jelas.  Ketika Roh Kudus dicurahkan pada hari Pentakosta yang pertama, maka orang-orang dari beranekaragam tempat asal dan kebangsaan, mendengar para murid berbicara dalam bahasa mereka masing-masing.  Oleh Roh Kudus, jurang komunikasi antar-manusia, kini  dijembatani., sehingga yang semula tak dapat dipahami, kini bisa dimengerti. 

Roh Kudus juga adalah Allah yang bekerja di dalam kita untuk membebaskan.  Roh Kudus membebaskan para murid dari penjara ke-yahudian mereka, penjara kewilayahan mereka, bahkan dari penjara keagamaan mereka.  Roh Kudus memampukan kita untuk menerima dan memperlakukan siapa saja sebagai sesama, dan merubuhkan tembok antara “kita” dan “mereka”.  Roh Kudus memberi kita kuasa untuk menjadi saksi di Yerusalem, di Yudea, di Samaria, dan sampai ke ujung bumi.

(Ketika Roh Kudus menopang kita) . . .

Kis 2:4  Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus,  . . .

Pada hari Pentakosta itu, para murid mengalami kepenuhan Roh Kudus.  Apa itu dipenuhi Roh Kudus? Dipenuhi Roh Kudus berbicara tentang sebuah hubungan.  Ada yang menarik di sini.  Sebenarnya Roh Kudus sudah aktif sebelum hari Pentakosta dan telah bekerja dalam penciptaan (Kej. 1:1-2), dalam sejarah Perjanjian Lama (Hak. 6:34; 1 Sam. 16:13), dan dalam kehidupan serta pelayanan Yesus (Luk. 1:30-37; 4:1,14; Kis. 10:38).  Namun demikian, sekarang ada dua perubahan yang besar: Roh itu akan tinggal di dalam orang-orang dan tidak hanya mengunjungi mereka sekali-sekali, dan kehadiran-Nya itu permanen, bukan sementara (Yoh. 14:16-17).

Dalam Yoh 14:23  Yesus bersabda: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia.” Hal ini digenapi pada saat kedatangan Roh Kudus.  Melalui Roh Kudus, Yesus bukan lagi diam diantara kita; tetapi Dia ada di dalam kita.

Saudara yang dikasihi Tuhan, sampai di sini kita sudah belajar bahwa Allah sendiri yang akan memampukan kita untuk menunaikan tugas kita sebagai saksi-saksi Kristus.  Kuasa-Nya yang telah terbukti dalam sejarah, menjadi jaminan bagi kita, bahwa sesungguhnya tidak ada satu kesulitan apapun yang bisa menghalangi kita untuk bersaksi.  Dia yang memegang hari esok kita.  Dia yang berdaulat atas dunia ini.

Sampai di sini kita juga sudah belajar bahwa Allah sendiri yang akan menopang kita dalam menunaikan tugas kita sebagai saksi-saksi Kristus.  Kehadiran-Nya di dalam kita menjadi jaminan bahwa tidak ada dosa yang tidak dapat kita kalahkan.  Dia lebih besar daripada segala kesulitan dan persoalan kita.  Jaminan kuasa-Nya, dan topangan kehadiran-Nya, adalah dua hal yang Allah sediakan bagi kita untuk menunaikan tugas kita sebagai saksi-saksi-Nya. 

Sebagai penutup, ijinkanlah saya menyampaikan satu hal lagi yang juga tidak kalah pentingnya untuk menunaikan tugas kita sebagai saksi-saksi Tuhan.  Apakah itu?  Kemauan dari pihak kita!  Allah telah menyediakan diri-Nya sendiri untuk memampukan kita.  Pertanyaannya, bukan lagi mampu atau tidak mampu; tetapi mau atau tidak mau?

Setelah apa yang Tuhan Yesus lakukan bagi kita di kayu salib,maka seharusnya kita tak lagi bertanya, “Apa yang harus Tuhan lakukan bagiku?” Seharusnya kita bertanya: “Apa yang harus kulakukan untuk Tuhan?  Motivasi utama kita untuk hidup, seharusnya adalah hidup demi kehormatan nama Kristus.  Semangat dan kerinduan kita dalam hidup seharusnya adalah agar melalui hidup kita, Kristus dimuliakan dan diagungkan.  Yesus pernah bersabda, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. (Yoh 14:15)

Kis 2:11  . . . kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.”

Saudara yang terkasih , apakah engkau mengasihi Yesus, jadilah saksi-Nya yang baik dan setia!

Selamat Hari Pentakosta, Roh Kudus sudah turun atasmu! Amin!