Oleh: Pdt. Hengky Tjia

1Kr 15:10  Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.

Shalom, selamat tahun baru jemaat Tuhan . . .

Di pertengahan Januari 2021 ini kita masih diliputi oleh suasana pandemi.  Pandemi telah menelan ribuan korban jiwa di Indonesia dan beberapa di antara mereka adalah orang-orang yang kita kenal, bahkan orang-orang terdekat kita. Bukan hanya itu, pandemi juga melibas berbagai sektor kehidupan.  Dunia usaha mengalami keterpurukan.  Interaksi sosial mengalami keterbatasan. Belum lagi pandemi usai, kita dikejutkan oleh berita jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dan bencana gempa di Majene, Mamuju, Sulawesi Barat. Tadi pagi (17 Jan 2021) kita juga menyaksikan berita meletusnya Gunung Semeru 16 Jan 2021 sore. Di hadapan pandemi dan musibah-musibah ini, kita disadarkan akan kerentanan diri dan ketidakpastian kapan kesulitan ini akan berakhir.

 Kerentanan tubuh kita menghadapi covid-19 dan ketidakpastian kapan masalah ini akan berakhir dapat membuat kita takut dan kuatir.  Beberapa orang kemudian menjadi ragu-ragu bahkan tak memercayai lagi kuasa dan kasih Tuhan. Beberapa orang lainnya menjadi kecewa dan marah kepada Tuhan karena merasa diperlakukan tidak adil. Kesulitan yang mendera ini bisa membuat kita menjadi apatis, tidak peduli lagi kepada Tuhan lalu mulai mencari dan bergantung pada “tuhan” yang lain yang dianggap bisa memberi pertolongan.

Itu sebabnya kita perlu melihat kembali pada kompas kehidupan kita agar kita tidak salah arah. Di tengah riuh suara yang menggentarkan, kita perlu menemukan kembali suara pengharapan dan penghiburan yang sejati.  Melalui 1Korintus 15, Rasul Paulus mengajak kita menghayati kembali anugerah Allah bagi kita. Apa itu anugerah?

Menurut KBBI: anugerah/anu·ge·rah/ n pemberian atau ganjaran dari pihak atas (orang besar dan sebagainya) kepada pihak bawah (orang rendah dan sebagainya); karunia (dari Tuhan).

Alkitab bahasa Ibrani menggunakan kata “hen”  (חֵן ) untuk menggabarkan tentang anugerah. Kata ini bermakna perbuatan seorang atasan yang menunjukkan kasih karunia kepada bawahannya, padahal sebenarnya bawahannya itu tidak layak menerima kebaikan itu. Anugerah/kasih karunia adalah pemberian Allah kepada manusia padahal manusia tidak pantas untuk menerimanya.

Ssetidaknya tiga anugerah Allah yang kita miliki sebagai orang-orang percaya. 

Pertama, bahwa sebagai orang percaya, kita memiliki Tuhan yang hidup. (1Kor 15:3-8). 

1Kr 15:3  Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa kita, sesuai dengan Kitab Suci,  1Kr 15:4  bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci; 1Kr 15:5  bahwa Ia telah menampakkan diri kepada Kefas dan kemudian kepada kedua belas murid-Nya . . .

 Rasul Paulus mengingatkan jemaat Korintus, bahwa Yesus bukan hanya telah mati dan dikuburkan; tetapi Dia juga telah dibangkitkan pada hari yang ketiga (ay. 3-4).  Sesudah bangkit Yesus telah menampakkan diri kepada kedua belas murid, kepada lima ratus orang sekaligus dan juga kepada Rasul Paulus sendiri (ay 5-8). Para saksi itu telah meneruskan kesaksian mereka hingga sampai kepada kita.  Ketika kita percaya kepada Yesus Kristus, kita menerima kehidupan dari kebangkitan Yesus, yaitu hidup yang kekal (Yoh 5:24). 

Kita memiliki Allah yang hidup dan Allah yang hidup itu adalah Allah yang peduli terhadap kita.  Kejadian 3 mencatat, pada saat Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah menghukum mereka.  Tetapi di tengah penghukuman itu, kita tetap bisa melihat anugerah Allah yang besar bagi manusia. Allah mencari manusia. Walaupun Allah sudah tahu dimana mereka bersembunyi, tetapi langkah Allah yang mendekati mereka mengajarkan sesuatu yang penting bagi kita bahwa Allah kita adalah Allah yang mencari manusia yang berdosa.

Allah yang hidup itu memberikan janji pengharapan di tengah penghukuman. Dalam Kej. 3:15, “Aku akan mengadakan     permusuhan     antara     engkau     dan     perempuan     ini,     antara     keturunanmu     dan keturunannya;  keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya” Iblis atau kepala ular akan dihancurkan oleh keturunan perempuan. Janji ini digenapi ketika Yesus Kristus lahir sebagai manusia, mati diatas kayu salib untuk memusnahkan iblis yaitu ular tua itu. Allah memang menghukum tetapi Dia juga memberikan pengharapan.

Allah yang hidup itu adalah Allah yang tidak mendendam.  Salah satu berkat Allah bagi manusia sebelum manusia jatuh ke dalam dosa adalah kemampuan untuk beranak cucu dan bertambah banyak (Kej 1:28).  Ketika manusia jatuh dalam dosa, Allah yang tidak mengambil kemampuan manusia untuk memiliki keturunan itu. Manusia tetap bisa memiliki keturunan walaupun disertai dengan susah payah. Bahkan, Adam memberikan nama istrinya Hawa, yang berarti ibu dari semua yang hidup (Kej 3:20).   Hawa, seorang manusia yang berdosa, yang seharusnya mengalami kematian, diizinkan Allah memiliki keturunan, bahkan disebut ibu dari semua yang hidup.

Allah yang hidup itu adalah Allah yang memberi solusi. Kepedulian dari Allah yang hidup itu juga dinyatakan dengan membuatkan pakaian dari kulit binatang (Kej. 3:21). Sebelumnya Adam dan Hawa berusaha menyelesaikan persoalannya sendiri. Mereka membuat pakaian dari daun ara, tetapi Allah mengenakan pakaian dari kulit binatang untuk menutupi ketelanjangan mereka. Ada pelajaran teologis yang penting di sini: akibat dosa hanya bisa diselesaikan oleh Allah. Manusia tidak dapat melakukan apa pun untuk bisa menyelesaikan dosa, hanya Allah yang bisa menyelesaikan persoalan dosa dalam diri manusia. Untuk menutupi akibat dosa manusia, Allah melakukan sesuatu, bukan manusia tetapi Allah yang melakukan.

Kita memiliki Tuhan yang hidup, yang masih mengasihi orang yang berdosa. Dia adalah Allah yang masih menunjukkan kemurahan-Nya kepada orang yang berdosa.  Itulah sebabnya kita semua tetap ada di dalam anugerah-Nya.

Kedua, bahwa sebagai orang percaya kita memiliki hidup yang berpengharapan di surga (1Kor 15:20-49).

1Kr 15:21  Sebab sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. 

1Kr 15:22  Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. 

Tuhan yang hidup itu adalah Tuhan yang berkuasa menghidupkan kita. Orang berdosa yang terhilang bukan sekadar orang sakit yang memerlukan pertolongan, kita adalah orang mati yang memerlukan kehidupan. Anak Allah mati agar kita dapat menerima kehidupan melalui iman dalam Dia.  Yesus berkata: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup (Yoh 5:24).  Setiap orang percaya memiliki Tuhan yang hidup, yang berkuasa membawa mereka dari  kematian kepada kehidupan.  Itulah anugerah bagi setiap orang percaya.

Tuhan Yesus akan datang kembali, dan orang-orang yang mati di dalam Kristus akan dibangkitkan. Pada waktu itu kita akan memiliki tubuh yang dimuliakan seperti tubuh Kristus (1Yoh 3:1-3). Kita akan menjadi seperti benih yang ditanam dan kemuliaan menjadi bunga dan buah.  Demikianlah tubuh kemuliaan kita berkaitan dengan tubuh yang ditanam/dikremasi, tetapi berbeda dari tubuh alamiah tersebut. Allah Bapa tidak memberi kita kehidupan lalu meninggalkan kita di kuburan. Dia mengangkat kita untuk duduk di takhta bersama dengan Anak-Nya yang berkemenangan.

 Ketiga, bahwa sebagai orang percaya, kita memiliki hidup yang berpengharapan di bumi (1Kor 15: 50-58).

Tak ada alasan untuk menyerah karena Yesus Tuhan kita sudah menaklukkan pandemi dan bencana terbesar manusia yaitu dosa dan maut. 

1Kr 15:54-57  “Maut telah ditelan dalam kemenangan. Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. 

 1Kr 15:58  Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. 

Jika kita benar-benar mempercayai kebangkitan Yesus dan kedatangan-Nya kembali, maka seharusnya (sebagaimana ayat ke-58 tersebut) hidup kita akan dicirikan dengan sikap yang sigap:  tetap berdiri teguh, tidak goyah dan giat selalu dalam pekerjaan Tuhan.  Kita masih memiliki bagian yang terbaik.  Bagian yang terbaik itu masih akan datang, jadi marilah kita memberikan yang terbaik kepada Dia di saat-saat ini.

Kristus telah memerdekakan kita. Kita pernah terhilang dalam perhambaan kepada dunia, daging, dan iblis; kita tidak dapat memerdekakan diri kita sendiri. Tetapi Kristus telah membawa kita dari perhambaan kepada kemerdekaan. Dalam Kristus, kita memiliki kemerdekaan yang sejati (Yohanes 12:31-32; Galatia 1:4; 5:24). Saat ini Tuhan bekerja di dalam dan melalui diri Anda untuk mencapai tujuan-tujuan-Nya yang agung.

Kristus telah mempersatukan kita. Di dalam Kristus, kita juga telah diperdamaikan dan dipersatukan sebagai jemaat.  Dalam Yesus Kristus, bangsa Yahudi dan bangsa lain yang percaya menjadi satu; tembok pemisah telah disingkirkan. Orang-orang percaya adalah anggota dari satu tubuh yang sama, warga dari satu bangsa yang kudus, dan batu-batủ yang hidup dari satu Bait Tuhan (1Petrus 2:1-10).

Sampai di sini kita telah melihat tiga anugerah Tuhan bagi kita orang-orang yang percaya. Bahwa kita memiliki Tuhan yang hidup, dan Tuhan yang hidup itu Tuhan yang mencari kita, Tuhan yang mempedulikan kita.  Kita memiliki hidup yang berpengharapan di surga.  Bahwa kita memiliki hidup yang berpengharapan selama kita masih bumi ini. Pertanyaannya: Bagaimana seharusnya respon kita sebagai orang yang menerima anugerah demi anugerah dari Allah?  Rasul Paulus meresponinya demikian:

1Kr 15:10  Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.

Menghayati anugerah Allah adalah hal yang sangat penting, untuk kita menjalani hidup yang berkemenangan. Namun Rasul Paulus mengigatkan kita bahwa kita tidak boleh berhenti hanya pada sebuah penghayatan.  Kita harus membagikan anugerah yang sudah kita terima itu.  Anugerah keselamatan di dalam Yesus Kristus. Itulah panggilan kita.  Itulah arti hidup kita, menghayati/mengenal Kristus dan membagikan pengharapan di dalam-Nya kepada semua orang. 

Rasul Paulus berkata, “dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia.” Dia telah membuktikan dengan segenap hati dan hidupnya.  Dia melayani umat Tuhan.  Dia membangun jemaat Tuhan, meski harus tertatih dalam berbagai duka dan kesulitan.

Umur kita ada batasnya, bahkan mungkin “tidak banyak”, kita harus menggunakan waktu kita dengan bijaksana. Kita harus berjuang memelihara iman kita hingga kita tiba pada garis akhir hidup kita.  Rasul Paulus menggunakan waktunya untuk membangun jemaat Kristus, agar jemaat sungguh-sungguh mengenal Kristus, menjadi garam dan terang dunia, memberitakan injil kepada segala makhluk. Yesus berkata: Aku akan mendirikan jemaat-Ku (Mat 16:18), dan Dia memakai kita untuk menyelesaikan pekerjaan itu.  Biarlah pembangunan tubuh Kristus/ pembangunan jemaat juga menjadi motivasi kita dalam berdoa dan melayani.

 

(Dikhotbahkan di ibadah Minggu GKKA INDONESIA Jemaat Balikpapan, 17 Januari 2021.  Untuk video khotbah ini sila melihat di kanal youtube GKKAI Balikpapan)