Oleh: Octavianus Gautama

Setelah membuka pembicaraan di bagian 1 tentang budaya percaya & budaya curiga, kita melakukan perjalanan bersama untuk melihat bagaimana bentuk nyata kedua budaya itu dalam kehidupan sehari-hari lewat sebuah contoh kasus.

Kita menutup bagian 2 dengan kesimpulan bahwa walaupun budaya percaya itu harus dibangun dengan usaha yang keras dan dibayar dengan harga yang mahal, hasil yang akan kita nikmati kelak akan memberikan kepuasan dan keuntungan berlipat kali.

Saya akan mengakhiri pembicaraan ini dengan mengajak kita ke sebuah pernikahan. Di sana, sang pendeta menjelaskan kasih dari sebuah surat yang ditulis Paulus kepada kumpulan orang percaya di kota Korintus.

Kasih itu sabar & murah hati. Ia tdk cemburu & tdk sombong.

Sehubungan dengan topik pembicaraan kita, salah satu definisi kasih itu menjadi sangat menarik untuk dipikirkan. Paulus berkata (dalam terjemahan sederhana Indonesia):

“Kasih selalu siap untuk percaya & berharap hal-hal yg baik mengenai orang lain.”

*

Tidak peduli berapa kali dikhianati.
Tidak peduli berapa kali dilukai.

Kasih selalu siap untuk percaya dan berharap hal-hal yang baik mengenai orang lain.

Paulus mengingatkan kita bahwa pilihan untuk percaya itu tidak dipengaruhi oleh perilaku orang lain. Ia mengajarkan bahwa kita memiliki kuasa dan kemampuan untuk memilih apakah kita mau mengasihi (mempercayai) orang lain atau tidak.

**

Implikasi yang jelas dari tulisan Paulus berhubungan dengan saya (dan mungkin Anda). Ini berarti, tempat berkumpulnya orang-orang seperti saya yang mengaku sebagai pengikut Yesus seharusnya menjadi tempat dengan budaya percaya yang paling kuat, bukan?

Saat ini, saya ingin meminta maaf bila pengalaman Anda tidak seperti itu. Saat ini, saya ingin meminta maaf bila kami sering lupa dengan apa yang kami khotbahkan.

Tulisan ini dibuat bukan sebagai kritik, tetapi untuk membantu Anda dan saya menjadi lebih baik. Ketika lampu sorot itu kembali diarahkan kepada kita, bagaimana respons kita? Seandainya Anda dan saya bisa memilih, budaya seperti apakah yang kita inginkan di tempat kita bekerja, berkarya dan berkeluarga?

Mari kita mulai pada hari ini.

***

Aplikasi untuk Ayah dan Ibu:
Sadarkah kita bahwa anak-anak tumbuh dengan rasa percaya 100% pada kita sebagai orang tua, walaupun kita tidak tahu apa yang sedang kita lakukan? Mungkin inilah waktunya untuk kita menjadi seperti anak kecil lagi dalam belajar untuk mempercayai mereka di tengah segala keterbatasan mereka.

Ketika ada lubang, bangun rasa ingin tahu. Bangun rasa percaya.