Oleh: Octavianus Gautama
Budaya seperti apakah yang ada di keluarga atau perusahaan atau organisasi tempat Anda bekerja? Bila pertanyaan ini ditanyakan kepada anggota keluarga atau rekan kerja Anda, jawaban apakah yang akan mereka berikan?
Budaya percaya atau budaya curiga?
*
Penjelasan dari pemimpin bernama Andy Stanley membantu saya mengerti bagaimana sebuah budaya bisa terbentuk. Ia berkata bahwa pembentukan budaya itu datang dari apa yang kita isi ke dalam lubang – yang muncul dari perbedaan antara apa yang kita harap orang lakukan dengan apa yang mereka lakukan.
Contohnya,
ketika kita mendengar bahwa anak kita baru saja bertemu dengan seseorang yang memiliki anggota keluarga yang sakit dengan ciri-ciri menyerupai Covid-19, maka muncullah sebuah lubang. Lubang ini bisa kita isi dengan rasa curiga atau rasa percaya.
Bila kita memilih rasa curiga, maka berbagai tuduhan akan muncul dengan segera. Kita akan mengatakan bahwa ia tidak peduli dengan orang lain. Kita akan menyindir dia. Kita juga mungkin akan menghubungi dia dan menyebar teror. Tidak tertutup kemungkinan untuk kita segera menghubungi orang tua lain untuk menyampaikan bahwa keluarga si A mungkin terkena Covid-19.
Bila kita memilih rasa percaya, maka kita akan katakan bahwa kita memilih untuk percaya pada versi terbaik dari diri orang itu. Ketika mendapat informasi tentang penyakit yang diderita oleh keluarganya, saya akan segera menghubungi dan menawarkan empati, bahkan sebuah bantuan. Dalam kontak itu, saya akan mencoba untuk peka terhadap perasaan dan posisinya.
Tujuan utama dari komunikasi itu adalah untuk hadir sebagai teman. Bukan sebagai pencari informasi.
**
Dua kemungkinan yang bisa muncul dari percakapan itu. Pertama, penyakit yang diderita oleh keluarganya memang mirip, tetapi bukan Covid-19. Informasi ini akan membantu kita untuk meluruskan rumor yang ada. Akan tetapi, tentu saja opsi kedua bisa terjadi, yaitu bahwa penyakit itu adalah Covid-19. Dari nada bicaranya, orang tersebut sepertinya tidak menganggap penyakit Covid-19 yang dideritanya itu sebagai urusan yang perlu dibesar-besarkan.
Saat opsi kedua terjadi, sebuah lubang kembali muncul dalam benak kita. Dan sekali lagi, kita bisa mengisinya dengan rasa curiga atau rasa percaya.
Kalau Anda di posisi ini, dengan apakah lubang itu akan Anda isi?
Aplikasi untuk Ayah dan Ibu:
Kita akan dengan mudah mendapat kesempatan untuk melihat lubang di tengah-tengah kegiatan keluarga kita. Saat itu terjadi, maukah kita berhenti sejenak, menganalisa, dan memilih untuk merespons dengan rasa percaya? Setelah itu, jadikan cerita itu sebagai pembelajaran untuk semua anggota keluarga.
Related posts