Oleh: Pdt. Adrianus Harjanto
“Tuhan memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan Tuhan melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya. Maka mengandunglah Sara, lalu ia melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya, pada waktu yang telah ditetapkan, sesuai dengan firman Allah kepadanya.” (Kejadian 21:1-2 TB)
“Aku yang meratap telah Kauubah menjadi orang yang menari-nari, kain kabungku telah Kaubuka, pinggangku Kauikat dengan sukacita, supaya jiwaku menyanyikan mazmur bagi-Mu dan jangan berdiam diri. Tuhan, Allahku, untuk selama-lamanya aku mau menyanyikan syukur bagi-Mu.” (Mazmur 30:12-13 TB)
Abraham dan Daud, adalah dua pribadi saleh yang adalah orang-orang pilihan Allah yang sangat istimewa. Mereka telah dipilih Tuhan pada zamannya dan telah menerima perintah Tuhan. Abraham terpilih untuk menjadi Bapa segala bangsa ketika usianya sudah berusia tujuh puluh lima tahun dan Sara berusia enam puluh lima tahun, sebuah kondisi yang tidak ideal untuk memilih dan menjadikan Abraham Bapa orang beriman yang anaknya datang dari kandungan Sara, apalagi harus menanti sampai masa tiga puluh Tahun.
Daud, terpilih menjadi raja pada usia yang masih sangat muda. Di dalam keluarga saja Daud adalah seorang anak yang bahkan tidak di pandang ada atau cukup syarat dan cukup berharga untuk dipilih menjadi raja atau bahkan calon raja yang layak di doakan oleh Samuel, sang Nabi yang bahkan hampir salah mau mendoakan Eliab, “Ketika mereka itu masuk dan Samuel melihat Eliab, lalu pikirnya: ‘Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapi-Nya.’ Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: ‘Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati.’” (1Samuel 16:6-7).
Samuel harus mempertanyakan kepada isai, sang Ayah yang meremehkan anaknya, apakah semua ini anakmu, tidak ada lagikah anak yang lain, karena Allah belum memerintahkanku untuk mendoakannya.
Akhirnya dengan ogah-ogahan sang Ayah memanggil anaknya yang sedang menggembalakan domba domba. Ketika Samuel berjumpa dengan Daud, Firman Tuhan berkata, “Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan, matanya indah dan parasnya elok. Lalu Tuhan berfirman: ‘Bangkitlah, urapilah dia, sebab inilah dia.’” (1 Samuel 16:12).
Alkitab mengatakan bahwa sejak penahbisan ini Roh Tuhan ada pada Daud dan berkuasa atas dirinya, “Samuel mengambil tabung tanduk yang berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh Tuhan atas Daud. Lalu berangkatlah Samuel menuju Rama.” (1 Samuel 16:13 TB).
Tetapi lama sekali waktu penggenapan Daud menjadi Raja, bahkan ada sebuah kehidupan yang begitu berat dan memilukan di mana Daud terus menerus berada dalam bayang bayang Maut karena dibenci dan berusaha di bunuh oleh Saul, sang raja yang berkuasa. Jika bukan Allah yang menyertai mustahil Daud masih bisa hidup lagi, karena Saul raja yang berkuasa dan sangat kejam pada waktu itu.
Belajar dari Abraham dan Daud. Panggilan Tuhan, penyertaan Tuhan dan bahkan janji Tuhan bukanlah sebuah pilihan khusus yang dengan itu membuat hidup kita serba lancar, serba cepat, serba nyaman dan serba serbi bunga bunga indah dalam perjalanan hidup bersama Tuhan kita.
Tetapi kita harus bersiap untuk menunggu waktu Tuhan. Tuhan memiliki waktu-Nya. Kita tidak dapat memprediksi, kita hanya bisa menunggu, menunggu dan menunggu dalam doa dan pengharapan iman kita. Abraham harus harus menunggu tiga puluh tahun sebelum dia mendapatkan Ishak. Betapa sedihnya hati Abraham! Jadi, ini adalah cinta Tuhan – Tuhan seakan akan dengan sengaja memberikan periode yang panjang dan membosankan ini, karena waktu-Nya belum tiba, dan jika waktu-Nya telah tiba maka Firman Tuhan mengatakan, “Ketika waktu itu itu tiba, Sara akan memiliki seorang anak. Pada akhirnya, waktu Tuhan datang, sukacita dari rumah ayah yang penuh iman, dan para wanita tua lupa akan masa panjang dan dan masa yang melelahkan iman dan hati mereka. Demikian juga yang terjadi dengan Daud, ada sekitar tiga belas tahun baru ia dapat menjadi Raja atas seluruh Israel.
Kita sering menjadi gelisah, marah, frustrasi dan rasanya mau berhenti melayani Tuhan atau hidup percaya kepada Tuhan. Kita menjadi orang orang percaya yang gelisah. Oh, orang-orang percaya yang gelisah! Anda harus tahu bahwa yang Anda tunggu tidak akan mengecewakan Anda. Dia tidak akan tertinggal lima menit dari jadwal. Segera “Kesedihanmu akan menjadi sukacita. (Yohanes 16:20) Tuhan ingin membuat Anda tertawa! Kesedihan akan lari di depan Anda seolah-olah kegelapan telah hilang di pagi hari.
Ketika saya dipilih percaya Tuhan Yesus, saya berusia tujuh belas tahun. Dari seorang yang tidak mengenal Tuhan Yesus, di malam istimewa, tanggal 6 okt 1980, Tuhan memperkenalkan diri-Nya, dan akhirnya melalui sebuah percakapan dan penglihatan yang diberikan dan di bawah tuntunan Roh Kudus yang belum saya kenal waktu itu saya percaya dan menerima Tuhan Yesus. Sebuah doa yang tak pernah saya lupakan, sambil menangis karena hancur hati dan meratapi dosa dan kesalahan saya, saya berdoa, “Terima kasih Tuhan Yesus sudah mengampuni dosa saya, dan Tuhan sudah membayar saya dengan lunas. Sekarang saya sepenuhnya menjadi milik Tuhan, Tuhan Yesus masuklah ke dalam hati saya, jadilah Juruselamat dalam hidup saya, dan jangan Tuhan pernah keluar keluar lagi dari hati saya”. Waktu itu saya belum mengerti, saya pikir Tuhan bisa keluar dari hati saya, jika saya bersalah atau berdosa, maka saya minta jangan keluar keluar lagi.
Menuliskan sebuah renungan dan kesaksian dalam bentuk tulisan adalah ketakutan dan keraguan yang selalu muncul di hati saya. Tapi semakin hari saya rasakan dorongan Roh Kudus yang sangat kuat dalam hati saya untuk mengagungkan nama Tuhan Yesus. Karena itulah saya mau mengajak kita semua, bahwa tidak cukup kita mengenal Tuhan Yesus tanpa menikmati keintiman kasih dan penyertaan-Nya secara pribadi.
Abraham dan Daud, adalah dua contoh orang orang pilihan Tuhan yang bukan hanya tahu Tuhan tapi intim dengan Tuhan, dalam penderitaan, dalam penantian, dalam crowded-nya rumah tangga Daud, dalam seluruh problematika persoalan kehidupan kita dan dalam keseharian pergumulan hidupnya, Abraham dan Daud semakin mengenal dan percaya Tuhan sampai akhir hidup mereka.
Bagaimana dengan kehidupan iman kita. Covid-19 ini telah memberikan banyak kesadaran baru kepada saya, bahwa Tuhan yang telah mempersiapkan saya dengan penuh kesulitan, kesakitan dan kelemahan kelemahan diri yang ekstrem yang sangat ideal dan berbahaya di masa Covid-19, adalah bejana rapuh yang mau Tuhan pakai agar hidupku bersandar hanya kepada Allah yang kupercayai. Soli Deo Gloria.
Denpasar, 24 Mei 2020. 04.53.
Related posts