Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

Perintah yang keempat adalah perintah untuk menghormati dan menguduskan hari Sabat. Pertanyaannya: Mengapa kita harus menghormati dan menguduskan hari Sabat? Kita bisa mengetahui alasannya berdasarkan dua ayat yang berisi perintah ini, Keluaran 20 dan Ulangan 5. Di dalam Keluaran 20:9-11, Tuhan memerintahkan bangsa Israel untuk menghormati hari Sabat. Lalu dijelaskan alasannya demikian: “Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.” (Kel. 20:9-11).

Mengapa kita harus menghormati dan menguduskan hari Sabat? Alasan pertama, karena Tuhan sendiri telah memberikan contoh, yaitu bahwa enam hari Dia bekerja/mencipta, lalu Dia beristirahat pada hari yang ketujuh. Terlepas dari bagaimana kita menafsirkan kata “hari” di sana -apakah 24 jam secara literal (sabat hari) atau merupakan sebuah periode tertentu bagi bangsa Israel (sabat tahun)- artinya tetap sama: beristirahat. Tindakan Tuhan ini bukanlah sekadar cerita yang bersifat deskriptif tetapi juga bersifat preskriptif, artinya memiliki nilai normatif bagi kita. Apa yang Allah lakukan haruslah kita lakukan juga. Allah bekerja enam hari, maka kita juga harus bekerja enam hari. Allah dalam mengerjakan semuanya membuat dunia ini menjadi indah, maka kita juga dalam pekerjaan kita harus berusaha untuk membuat dunia ini menjadi dunia yang lebih baik untuk ditempati. Allah beristirahat pada hari yang ketujuh, maka kita pun juga harus beristirahat.

Di dalam istirahat, kita beribadah kepada Tuhan. Kita diingatkan bahwa Dia adalah pencipta dan pemelihara alam semesta ini. Itulah yang seharusnya kita lakukan dalam setiap ibadah kita di hari Minggu, yang bagi orang Kristen adalah hari Sabat. Setiap kali kita beristirahat, kita diingatkan alasannya adalah karena Tuhan menciptakan dunia ini selama enam hari lalu Dia beristirahat. Ketika kita beristirahat seharusnya kita mengingat Pencipta dan Pemelihara kita. Kita mengingat bahwa Allah mengatur dan mengontrol segala sesuatu yang ada di alam semesta ini dan kita bersyukur kepada-Nya di dalam ibadah kita.

Alasan yang kedua diberikan di dalam Ulangan 5. Jika kita membaca ayat ke- 12 hingga ayat ke-15, maka kita akan menemukan perintah dan alasannya: “Sebab haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.” Jadi kita harus menghormati dan mengkhususkan hari Sabat, bukan hanya karena kisah penciptaan, tetapi juga karena terkait dengan kisah pembebasan dari perbudakan.

Dengan kata lain, Tuhan berkata kepada Israel: Pada hari Sabat janganlah kamu bekerja, berikan istirahat kepada kepada hamba-hambamu. Karena kamu dahulu juga adalah budak di tanah Mesir. Sebagai budak kamu tidak dapat beristirahat dan tidak dapat menikmati hidupmu. Aku sudah melepaskan kamu. Sekarang kamu adalah bangsa yang merdeka. Bahkan di antara kamu ada yang mempunyai budak-budak. Maka kamu harus memberi mereka istirahat. Karena ketika kamu memberi mereka istirahat, kamu mengingat masa lalumu. Ketika kamu beribadah pada hari Sabat, kamu mengingat Allah sebagai pembebasmu.

Jadi ketika kita beristirahat dan beribadah kepada Tuhan pada hari Sabat, maka kita mengingat dua hal sekaligus. Kita mengingat kisah penciptaan -Allah sebagai Pencipta dan sebagai Pemelihara hidup kita-tetapi sekaligus juga kita mengingat kisah pembebasan dari Mesir -Allah sebagai Penebus kita-. Allah sebagai Pencipta, Pemelihara, Penebus, dan itulah yang kita terus kita ingat di dalam ibadah kita pada hari Sabat.

Atas dasar ini pula, orang-orang Kristen memandang bukan persoalan ketika hari Sabat -yang bagi orang Yahudi jatuh pada hari Sabtu- berubah menjadi hari Minggu. Bukan hanya karena kita tidak terikat oleh hari dan waktu tertentu, tetapi juga karena apa yang dilakukan oleh Yesus Kristus pada hari Minggu, yaitu pada saat Dia bangkit dari antara orang mati. Hal tersebut menggenapi apa yang ada di dalam Sabat Perjanjian Lama, yaitu ada penciptaan yang baru, yaitu kita diciptakan baru di dalam Kristus dan juga ada kelepasan yang baru, yaitu kita dilepaskan dari dosa-dosa kita. Orang Kristen merayakan Sabat dengan cara yang sama tapi juga berbeda dengan orang-orang Yahudi. Orang-orang Yahudi mengingat Allah sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pembebas mereka dari tanah Mesir; tetapi kita mengingat Allah kita sebagai Pencipta alam semesta dan Pencipta kita sebagai manusia yang baru. Dia adalah Penebus dan Pelepas kita dari belenggu dosa. Itulah Sabat bagi kita. Tuhan memberkati kita.