Hari ini kita akan membahas tentang Alkitab. Pertanyaan pertama dalam pembahasan tentang Alkitab adalah Apakah yang dimaksud dengan Alkitab? Sekilas pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sederhana dan mungkin tidak perlu untuk ditanyakan. Karena bagi kita semua, Alkitab sudah sangat jelas, kita sudah langsung tahu. Tetapi izinkan saya mengajak kita untuk memikirkan pertanyaan ini dengan tidak terlalu rumit, tetapi juga tidak terlalu sederhana.
Apakah yang dimaksud dengan Alkitab? Pertanyaan ini bisa dijawab dari dua sisi yang saling berkaitan. Sisi yang pertama, secara lexical atau secara studi kosa kata; dan sisi yang kedua, secara teologis. Dari sisi leksikal atau studi kosakata, kata Alkitab itu berasal dari bahasa Arab, yang kalau kita terjemahkan secara harfiah berarti kitab itu/buku itu. Penggunaan artikel penentu di sana, yaitu kata “itu” menunjukkan bahwa ini bukan sembarang tulisan, bukan sembarang kitab. Karena itu ketika kita mengatakan “Alkitab/kitab itu”, orang tahu apa yang sedang dibicarakan. Orang-orang Kristen tidak pernah menanyakan Alkitab, kitab yang mana? Karena kita tahu yang dimaksudkan adalah kitab itu. Dalam bahasa Inggris dipakai kata The Bible, dan untuk mempertegas ada penambahan menjadi The Holy Bible. Dari sisi leksikal Alkitab berarti kitab itu. Ketika kita menggunakan kata ini berarti paling tidak kita mengasumsikan bahwa Alkitab adalah kitab yang khusus, berbeda dengan kitab-kitab yang lain.
Secara teologis, pertanyaan apakah Alkitab itu menghasilkan jawaban yang berbeda-beda, tergantung pada cara pandang kita atau kerangka teologis kita. Kalau kita bertanya kepada orang-orang Yahudi dan penganut Yudaisme maka mereka akan mengatakan bahwa Alkitab hanya ada satu, yaitu yang kita kenal dengan Perjanjian Lama. Tetapi mereka tidak menggunakan istilah Perjanjian Lama. Bagi mereka Alkitab adalah Kejadian sampai Maleakhi. Tetapi di dalam kanon Ibrani, urutannya bukan Kejadian sampai Maleakhi, seperti yang kita miliki, melainkan dari Kejadian sampai Tawarikh. Di dalam kanon Ibrani, beberapa kitab diberi nama secara gabungan dan tidak terpisahkan, misalnya kitab Samuel. Tidak heran jika kanon Ibrani hanya memiliki 24 kitab. Secara isi ke-24 kitab tersebut sama persis dengan yang kita miliki, yaitu Perjanjian Lama, namun ada perbedaan dalam penamaan, urutan, dan jumlah kitab.
Lalu kalau kita menanyakan apakah yang dimaksud dengan Alkitab secara teologis kepada orang Kristen Katolik, maka mereka akan menjawab bahwa Alkitab terdiri dari Perjanjian Lama, Perjanjian Baru, dan di tengah-tengahnya ada beberapa kitab yang disebut dengan nama Deuterokanonika, yang berarti kanon yang kedua. Menurut orang-orang Katolik, kitab-kitab itu seperti Yudit, Tobit, dan sebagainya, termasuk di dalam Kitab Suci dan mereka menyebutnya dengan kanon yang kedua, Deuterokanonika. Sedangkan orang-orang Kristen Protestan menyebutnya sebagai kitab-kitab Apokrifa atau kitab-kitab yang tidak jelas.
Kemudian kalau kita menanyakan pertanyaan yang sama secara teologis kepada orang-orang Kristen Prostestan, dalam hal ini kita termasuk di dalamnya, maka kita akan menjawab bahwa Alkitab terdiri dari 39 kitab Perjanjian Lama dan 27 kitab Perjanjian Baru, sehingga total ada 66 kitab. Kita mempercayai bahwa Perjanjian Lama adalah firman Allah dan Perjanjian Baru juga adalah firman Allah. Jadi secara teologis pemahaman orang tentang Alkitab berbeda-beda.
Di dalam sesi-sesi berikutnya saya akan memberikan penjelasan mengapa kita mempercayai bukan cuma Perjanjian Lama, tetapi juga Perjanjian Baru sebagai firman Allah. Kita juga akan membicarakan mengapa kita sebagai orang Protestan tidak menerima Deuterokanonika sebagai firman Allah. Tetapi hal-hal ini akan kita bahas dalam seri-seri berikutnya. Untuk sekarang saya ingin kita tahu apa yang dimaksud dengan Alkitab. Secara studi leksikal, Alkitab berarti buku itu, buku yang spesial. Secara teologis, Alkitab merujuk pada kitab-kitab Perjanjian Lama (39 kitab) dan Perjanjian Baru (27 kitab); dari Kejadian sampai Maleakhi dan dari Matius sampai Wahyu adalah firman Allah, semuanya, tanpa terkecuali.
Kiranya saudara menghargai apa yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Kiranya saudara sungguh-sungguh mencintai firman Allah yang sudah dinyatakan di dalam Alkitab. Kiranya saudara menjadikan firman Allah sebagai sumber kebenaran yang tertinggi untuk memahami iman kita, etika, dan realita apa pun di dalam dunia ini. Biarlah kita bersandar kepada firman Allah di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, firman hidup yang kekal, firman yang indah, firman yang tidak mungkin berubah. Tuhan memberkati! Amin
Related posts