Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang pertanyaan: Bagaimana kita mengetahui bahwa Alkitab adalah firman Allah?  Dalam edisi lalu kita sudah belajar bahwa kita bisa tahu Alkitab adalah firman Allah, pertama-tama dari klaim atau pernyataan Alkitab itu sendiri.  Alkitab menyatakan dirinya sebagai firman Allah.  Hari ini kita akan melihat petunjuk atau pedoman kedua untuk kita mengetahui Alkitab adalah firman Allah, yaitu dari ciri-ciri Alkitab yang unik.  Alkitab memiliki keunikan-keunikan tertentu yang membuat kita memikirkan bahwa kitab ini memang layak untuk disebut sebagai firman Allah.  Apa saja yang menjadi ciri-ciri Alkitab yang menunjukkan dirinya adalah firman Allah?

Keunikan pertama adalah nubuat yang tergenapi.  Nubuat di dalam Alkitab mengandung variabel yang berbeda-beda, misalnya tentang nubuat kedatangan Tuhan Yesus sebagai Mesias yang menebus dosa.  Ada begitu banyak ayat di dalam Perjanjian Lama, yang sudah dinubuatkan ratusan tahun sebelum Tuhan Yesus hadir ke dalam dunia.  Bukan hanya melimpah dan sudah ratusan bahkan ribuan tahun diungkapkan sebelumnya, variabel-variabel yang ada di dalamnya juga begitu kompleks dan begitu rumit.  Tetapi pada akhirnya semua itu digenapi di dalam satu orang.  Mesias telah dinubuatkan akan lahir dari seorang perawan, dari suku Yehuda, dari keturunan Daud, dan sebagainya; Ada begitu banyak variabel yang ternyata pada akhirnya digenapi di dalam diri satu orang, yaitu Tuhan kita Yesus Kristus.  Ini merupakan hal yang luar biasa, yang membuktikan kepada kita bahwa apa yang ditulis di dalam Alkitab, dalam hal ini adalah nubuat-nubuat Alkitab, yang pada akhirnya digenapi dengan detil ratusan tahun sesudahnya, membuktikan bahwa Alkitab adalah firman Allah.

Keunikan kedua adalah kesatuan Alkitab baik dalam isi maupun tujuan.  Alkitab ditulis oleh berbagai penulis dengan latar belakang, usia, jabatan, tingkat kepandaian dan pekerjaan yang berbeda-beda.  Mereka menulis dalam rentang waktu ribuan tahun.  Tetapi yang menarik adalah ketika semuanya dikumpulkan menjadi satu, yaitu di dalam Alkitab, maka kita menemukan ada satu kesatuan yang luar biasa.  Kesatuan dalam hal apa?  Ada banyak sekali kesatuan, misalnya kesatuan di dalam tujuan Alkitab.  Alkitab ditulis untuk menunjukkan bagaimana permulaan Allah menciptakan manusia dengan semua kebaikan yang Allah sudah tetapkan dan berikan kepada manusia di dalam dunia ini.  Lalu kemudian semuanya itu rusak oleh dosa dan Allah kemudian bekerja terus mempersiapkan dari permulaan sampai akhir untuk menyelesaikan persoalan dosa dan penderitaan dengan mengirimkan Anak-Nya tunggal, Yesus Kristus mati di atas kayu salib.

Alkitab juga terus membicarakan tentang apa yang akan terjadi selama kedatangan Tuhan Yesus yang pertama sampai nanti kedatangan Tuhan Yesus yang kedua.  Ada sebuah benang merah yang konsisten di sana, ada sebuah tujuan yang tunggal di dalam Alkitab.  Ini merupakan hal yang luar biasa, karena Alkitab ditulis oleh begitu banyak orang dengan perbedaan yang sangat menyolok sekali tetapi hasil dari tulisan mereka mengandung kesatuan yang luar biasa.  Jika kita mempelajari Alkitab dengan teliti, maka kita juga akan tahu bahwa tidak ada kontradiksi di dalam Alkitab.

Keunikan ketiga adalah ketepatan/kualitas isi Alkitab.  Alkitab bukan hanya menyinggung iman dan etika, tetapi Alkitab juga menyinggung beberapa peristiwa sejarah dan tempat-tempat yang bisa diselidiki secara arkeologis maupun secara historis.  Apa yang ditulis oleh Alkitab, dituliskan secara cukup detail.  Berkali-kali Alkitab memberi petunjuk yang sangat jelas tentang berbagai peristiwa, terjadi pada tahun ke berapa dan pada zaman raja siapa.  Ada beberapa keterangan detil yang dituliskan di dalam Alkitab.  Misalnya murid-murid Tuhan di Yohanes 21 dituliskan menangkap 153 ekor ikan.  Ada penyebutan jumlah secara detil, yang menunjukkan adanya keseriusan terhadap detil cerita.

Mari kita melihat contoh ketepatan lainnya.  Daniel 5 mencatat bahwa raja Babel yang terakhir adalah Belsyazar.  Bagi orang-orang non Kristen atau bagi orang-orang sekular, mereka menganggap bahwa catatan Alkitab orang Kristen tidak bisa dipercaya. Para teolog liberal juga menertawakan catatan itu, karena mereka mendapati bahwa raja terakhir Babel bukan Belsyazar, tetapi Nabonidus.  Seiring dengan perkembangan arkeologi, maka kita menemukan bahwa ternyata memang raja yang resmi adalah Nabonidus, tetapi dia sedang tidak ada di ibu kota waktu itu, sehingga yang menjalankan pemerintahannya adalah anaknya yang bernama Belsyazar. Masih banyak contoh lain yang menunjukkan ketepatan Alkitab secara sejarah, geografi, dan arkeologi.  Tetapi cukuplah bagi kita untuk mengetahui bahwa Alkitab adalah firman Allah dari ciri-ciri tertentu yang unik, yaitu nubuat yang digenapi, kesatuan tujuan, dan ketepatan isi Alkitab.  Kiranya ini semakin menguatkan iman dan keyakinan kita bahwa Alkitab kita sungguh adalah firman Allah.  Tuhan memberkati!