Oleh: Pdt. Char Ley Bun

Nats Alkitab: Yohanes 3:1-21

Di tengah-tengah pandemic wabah Covid-19 yang menegangkan, menakutkan bahkan meresahkan banyak orang ini, kita perlu menjalani hidup ini dengan baik dan berguna. Kita perlu menjaga kesehatan dan kebersihan diri. Kita juga dituntut dapat hidup dengan baik dan berguna, di mana kita berupaya tetap produktif, walau lapangan pekerjaan dan perekonomian semakin merosot. Kita juga saling membutuhkan dan perlu saling memperhatikan. Orang kuat hendaklah memperhatikan yang lemah, mereka yang berkelebihan membantu mereka yang kekurangan.

Adalah penting menjalani hidup di dunia yang sementara ini dengan baik dan berguna. Namun ada perkara yang jauh lebih penting dari pada urusan-urusan dunia ini, yaitu mempersiapkan hati dan diri kita untuk memasuki tempat kita yang abadi kelak, yang disebut kehidupan kekal. Oleh sebab itu Firman TUHAN pagi ini mengajak kita untuk merenungkan sebuah kebenaran yang dapat menuntun kita agar hidup dengan baik di dunia sementara ini dan mempersiapkan diri untuk hidup dengan baik pula di tempat yang kekal itu.

Pelajaran Pertama, Pentingnya mencari kebenaran hidup yang kekal

Pagi ini kita bersama-sama akan melihat kehidupan seorang pencari kebenaran. Ia bernama Nikodemus. Ia seorang Farisi dan pemimpin agama Yahudi yang sejak kecil hingga masa tuanya sudah belajar menghafal serta menguasai banyak sekali tradisi-tradisi agama Yahudi. Namun semua ilmu dan tradisi agama Yahudi yang dia kuasai itu tidak sebanding dengan apa yang dia saksikan tentang tanda-tanda dan perbuatan yang Yesus lakukan.

Kehadiran Tuhan Yesus telah membuatnya takjub dan kagum. Nikodemus mendengar dan melihat sendiri, bagaimana Yesus menyembuhkan seorang yang tuli dan gagap di tepi Danau Galilea. Bukan hanya sekali itu, masih banyak tanda-tanda ajaib dan kebesaran TUHAN yang Yesus lakukan. Orang yang buta dicelikkan-Nya. Orang yang lumpuh dibuat-Nya berjalan. Orang yang mati dihidupkan-Nya kembali. Orang yang kerasukan setan dibebaskan-Nya. Bahkan, topan badai pun diredakan-Nya. Lebih dari itu, Yesus mengajar kebenaran dengan kuasa dan hikmat Ilahi. Nikodemus menemukan bahwa kebenaran yang ia cari-cari selama ini ada di dalam diri Kristus Yesus. Inginkah saudara mengenal Yesus lebih dalam seperti Nikodemus?

Apa yang kurang dari Nikodemus? Ia memiliki jabatan, kehormatan, kuasa. Namun ia sadar betul bahwa dirinya adalah seorang berdosa. Sebagai orang berdosa, selayaknya dia dihakimi oleh murka Allah dan memperoleh hukuman kekal. Semua pengetahuan dan tradisi agama Yahudi yang ia kuasai tidak bisa melepaskan dia dari pada belenggu dosa dan kematian. Oleh sebab itu ia membutuhkan pertolongan. Ia membutuhkan keselamatan. Yesus menyamakan arti “diselamatkan” dengan “dapat memasuki Kerajaan Allah”. Matius 19:24-25 berkata: Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ketika murid-murid mendengar itu, sangat gemparlah mereka dan berkata: Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan? Siapa yang dapat menyelamatkan dan memberikan kita hidup yang kekal?

Hanya Allah saja yang dapat menyingkirkan dosa dan melepaskan kita dari hukuman dosa. Bukan perbuatan baik kita yang dapat menyelamatkan kita. Titus 3:5 berkata bahwa Kristus telah menyelamatkan kita oleh karena rahmat dan permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus. Bagaimana Allah menyelamatkan? Melalui kematian Yesus di atas salib dan kebangkitan-Nya. Itulah yang menghasilkan keselamatan kita. Sewaktu kita masih menjadi seteru Allah, Yesus memperdamaikan kita dengan Allah melalui kematian-Nya. Keselamatan tersedia hanya melalui iman kepada Yesus saja. Yohanes 14:6 Kata Yesus kepadanya: Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

Saudara boleh memiliki segala sesuatu di dalam dunia ini, namun bila saudara tidak memiliki kehidupan kekal itu, maka segala yang saudara miliki dalam dunia ini tidak ada lagi artinya. Karena kebinasaan kekallah yang akan menjadi bagian kita selama-lamanya. Pertanyaan penting bagi kita semua pagi ini: Di saat maut datang menjemput kita, apakah saudara sudah memiliki jaminan bahwa saudara pasti memperoleh kehidupan yang kekal itu? Maut tidak hanya datang lewat virus corona. Seorang teman sekolah kami meninggal beberapa hari yang lalu oleh karena serangan jantung. Ada juga karena terjatuh dari loteng rumahnya, lalu di rawat di RS dan tidak tertolong. Hidup ini tidak dapat ditebak. Hari esok belum tentu milik kita.

Hari ini banyak orang sudah ke gereja, namun tidak yakin 100% dia sudah pasti masuk Kerajaan Allah. Suatu waktu di kelas katekisasi, saya mengajar ada hampir 40 orang di dalam kelas. Di awal pelajaran, saya melempar pertanyaan, siapakah yang sudah memiliki kepastian masuk sorga? Siapakah yang sudah yakin dia akan melihat dan masuk ke dalam Kerajaan Allah? Dari 40 orang, hanya 2 orang saja yang mengacungkan tangan. Mereka yang lain berkata: Laoshe, kita kan bisa berbuat dosa lagi. Jadi belum pasti kita bisa masuk sorga. Saudara, apakah tanda kita sudah memiliki hidup yang kekal ?

Pelajaran kedua, tanda seseorang yang memiliki hidup yang kekal ialah hidup di dalam terang.

Barangsiapa yang percaya kepada-Nya, ia memiliki hidup yang kekal. Hidupnya mencerminkan hidup anak terang, ia tidak lagi hidup dalam kegelapan dan ia tidak akan dihukum. Namun barangsiapa yang tidak percaya, ia tidak memiliki hidup yang kekal itu, karena ia telah berada di bawah hukuman. Mengapa di dunia ini manusia lebih menyukai kegelapan dari pada terang? Sebab perbuatan-perbuatan mereka jahat.

Ada sebuah istilah untuk orang yang takut kepada cahaya yang disebut “photofobia”. Photofobia adalah suatu kondisi yang membuat merasa tersiksa saat matanya terkena cahaya. Dalam ruangan yang ada cahaya normal saja, dia merasa amat silau dan nyeri. Sebab itu, pengidap photofobia menyukai tempat yang gelap. Seorang penulis kenamaan bernama Maurice mengeluarkan sebuah pertanyaan: Manakah yang lebih buruk: anak kecil yang takut pada gelap atau orang dewasa yang takut pada terang ? Jelas, yang lebih buruk adalah orang dewasa yang takut pada terang.

Barangsiapa yang masih mencintai dosa dan pelanggaran, mereka akan menolak Terang Dunia itu. Kenapa? Karena yang mereka inginkan ialah agar dosa dan pelanggaran mereka tetap terselubung, tak terlihat, agar mereka leluasa berbuat jahat. Wujud penolakan itu banyak. Alasan untuk tidak mencari Terang Dunia itu banyak. Cape, malas memikirkan, merenungkan, dan melakukan kebenaran Firman TUHAN, tidak punya waktu, sibuk, dan 1001 macam alasan lainnya.

Di masa-masa sulit seperti sekarang ini, ternyata kegelapan masih bisa merajalela. Kejahatan masih bisa dilakukan. Perkelahian antar kelompok masih bisa terjadi. Perbuatan dosa yang dilakukan di tempat tersembunyi masih bisa terjadi. Cinta diri sendiri, keegoisan, ketamakan, masih bisa terjadi. Kenapa kejujuran dan kebaikan sulit ditemukan? Karena kegelapan masih merajalela. Namun kegelapan hanya membawa kepada kebinasaan dan hilangnya pengharapan.

Di masa-masa sulit mewabahnya Covid 19 ini, banyak orang mencari damai Tuhan. Orang-orang mencari jalan keluar atas persoalan yang sangat rumit ini. Semakin sulitnya lapangan kerja dan kehidupan ekonomi yang menjadi semakin berat ini membuat orang ingin mencari kepastian dan jaminan hidup. Mereka yang sakit dan lemah terbaring oleh virus mencari obat dan kekuatan untuk dapat menghadapi dan melawan virus ini.

Di masa ini, Tuhan memanggil kita untuk memancarkan terang-Nya. Kita dipanggil untuk membawa Injil kebenaran dan kasih Kristus kepada mereka. Jaminan hidup kekal hanya ada di dalam Kristus Yesus saja. Kedamaian sejati hanya ada di dalam diri Kristus Yesus saja. Yesus berkata: Damai yang Kuberikan padamu, bukanlah damai yang dari dunia ini. Damai dunia bisa sirna dan pudar. Namun damai dari Yesus adalah damai yang kekal, karena Dialah Raja Damai itu. Barangsiapa yang letih lesu dan berbeban berat, datanglah kepada Yesus. Dia akan memberikanmu kelegaan. Saudara yang lapar dan haus akan kebenaran, Yesuslah Roti Hidup dan Mata Air kehidupan. Barangsiapa datang kepada Yesus, Dia tidak akan pernah merasa haus lagi. Saudara yang gentar akan maut dan kematian, datanglah kepada Yesus. Dia sudah pernah melewati kematian dan menang atas kuasa maut. Dia bahkan sudah bangkit dan akan memberikan kepada kita kehidupan yang kekal selama-lamanya.

Nikodemus sudah menemukan Yesus di dalam hidupnya. Dia menjadi manusia baru, dia menjadi anak terang. Sukacita sorgawi sudah dia miliki. Roma 13:12 berkata: Hari sudah jauh malam, telah hampir siang. Sebab itu marilah kita menanggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan dan mengenakan perlengkapan senjata terang. Waktu kedatangan Sang Terang Dunia yang kedua kali itu sudah semakin mendekat. Sudah siapkah kita menyambut kedatangan-Nya?

Pelajaran ketiga, tanda seseorang sudah memiliki kehidupan kekal ialah hidupnya senantiasa meninggikan Yesus.

Seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikianlah hidup kita seharusnya meninggikan dan memuliakan nama TUHAN senantiasa. Bagaimana cara kita meninggikan Yesus? Dengan menjadikan-Nya sebagai yang terutama dalam hidup kita. Yesus adalah segalanya dalam hidup kita. Yesus tidak hanya menempati bagian-bagian penting dalam hidup kita, namun Dia menempati segala ruangan dalam hidup kita. Dialah segalanya, dan kita juga adalah segalanya bagi Yesus. Hidup kita juga sangat penting bagi Dia.

Dia mati bagi kita, untuk menebus kita dari hukuman kekal dan kebinasaan. Karena begitu besar Kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Amin.