Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko
Hari ini kita akan belajar mengenai sebuah pertanyaan yang jarang kita pertanyakan, yaitu: Apakah Allah itu atau siapakah Allah itu? Dengan kata lain, kita akan mencoba untuk mendefinisikan tentang apa/siapa Allah itu. Tugas ini jelas tidak mudah, karena ketika kita katakan “mendefinisi”, kita sedang membuat sesuatu menjadi definit atau terbatas, sedangkan kita tahu bahwa Allah itu tidak terbatas. Allah yang tidak terbatas tidak mungkin dapat diungkapkan dalam kata-kata manusia yang sangat terbatas. Jika demikian, bagaimana kita bisa memahami Allah?
Kita bisa mendefinisikan Allah sebagai berikut: suatu keberadaan yang berpribadi (personal) yang memiliki sifat-sifat mulia yang secara esensial berbeda dari ciptaan-Nya, baik perbedaan dalam hal jenis maupun tingkatan. Ada beberapa sifat Allah yang tidak dimiliki manusia, contohnya Allah itu kekal. Allah tidak memiliki permulaan dan tidak memiliki akhir, sedangkan manusia bahkan semua ciptaan memiliki permulaan. Contoh berikutnya, kebebasan Allah. Allah bebas dan tidak terikat oleh apapun yang ada di luar diri-Nya tetapi manusia tidak mungkin memiliki kebebasan semacam itu. Jadi dari sisi jenis, ada beberapa sifat Allah yang tidak kita miliki. Namun ada juga sifat Allah yang bisa dimiliki oleh ciptaan-Nya, tetapi dalam tingkatan yang sama sekali berbeda. Misalnya sifat kebaikan Allah, manusia juga memiliki kebaikan. Akan tetapi kebaikan kita akan sangat terbatas jika dibandingkan dengan Allah. Manusia bijaksana menggambarkan Penciptanya yang bijaksana, namun jika kita membandingkan kebijaksanaan Allah dan kebijaksanaan manusia, tentu ada perbedaan yang esensial . Ada jurang yang tidak terjembatani antara Pencipta dan ciptaan.
Hari ini kita akan membahas tentang salah satu sifat-Nya, yaitu kebebasan Allah. Apa artinya kebebasan Allah? Dalam teologi, sifat Allah yang bebas ini dipahami sebagai sifat yang tidak ditentukan oleh apapun di luar diri-Nya. Allah itu bebas dalam arti Dia tidak dibatasi oleh sesuatu di luar diri-Nya, Dia tidak ditentukan oleh sesuatu di luar diri-Nya, dan Dia tidak bergantung oleh sesuatu di luar diri-Nya.
Mengapa sifat ini penting? Karena jika Allah dapat dibatasi, atau membutuhkan sesuatu atau bergantung pada sesuatu di luar diri-Nya, maka Allah kalah lebih besar dari sesuatu di luar diri-Nya itu. Tidak mungkin Allah itu bergantung pada sesuatu di luar diri-Nya, ataupun ditentukan dan dibatasi oleh sesuatu di luar diri-Nya. Jika Allah bebas, maka ada 3 point penting yang harus kita pahami, yaitu :
Pertama, Allah tidak membutuhkan apa yang manusia/ciptaan-Nya miliki. Seperti dalam Kisah Rasul 17:16-34, saat Paulus di Atena, ketika dia berbicara di depan para filsuf, dia melihat begitu banyak mezbah yang bertuliskan “kepada Allah yang tidak dikenal” Paulus menjelaskan bahwa Allah tidak tinggal dalam kuil buatan manusia. Allah tidak membutuhkan apa-apa dari manusia atau seolah-olah Allah bergantung kepada manusia. Allah sebagai pribadi, bebas secara sempurna, maka Allah tidak membutuhkan apa yang dimiliki oleh manusia.
Kedua, Allah tidak berhutang kepada siapapun. Dalam Roma 11:35 dikatakan, “Atau siapakah yang pernah memberikan sesuatu kepada-Nya sehingga Ia harus menggantikannya?” Kita memang memberikan sesuatu kepada Allah, tetapi itu pun berasal dari apa yang sudah Ia berikan kepada kita. Ketika kita memberikannya kepada Allah, itu sudah seharusnya tugas kita sebagai ciptaan untuk memberikan sesuatu kepada Pencipta kita. Allah tidak berhutang kepada kita.
Ketiga, Allah tidak membutuhkan ciptaan-Nya untuk menutupi kesendirian-Nya. Allah menciptakan manusia dan malaikat, bukan karena Allah merasa kesepian ataupun merasa diri-Nya kurang lengkap kalau tidak ada ciptaan. Jika kita membaca doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17, kita akan melihat bagaimana Bapa dan Anak saling mengasihi sejak dunia belum dijadikan, sudah saling mengasihi satu sama lain dan sudah sempurna di dalam diri-Nya sendiri. Allah Tritunggal tidak membutuhkan apapun di luar diri-Nya. Jika Allah berkenan memakai kita maka itu adalah karena anugerah-Nya bagi kita.
Kiranya sifat Allah ini membuat kita semakin menghormati Dia dan semakin mengasihi Dia, karena kita menyadari bahwa Dia bebas dan tidak membutuhkan apapun di luar diri-Nya, dan bahwa Dia tidak dapat dibatasi oleh apapun di luar diri-Nya. Tuhan memberkati kita.
Related posts