Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko
Hari ini kita akan membahas sebuah pertanyaan yang cukup rumit dan seringkali membingungkan banyak orang, yaitu: Apakah hukuman neraka merupakan hukuman yang adil? Pertanyaan ini muncul di benak banyak orang yang berpikir: Mungkinkah Allah yang baik menghukum manusia sedemikian mengerikan? Manusia hanya berdosa selama beberapa tahun atau beberapa puluh tahun tetapi harus menanggung hukuman selama-lamanya. Kesulitan ini membuat beberapa orang menolak keberadaan neraka. Mereka mencoba menafsirkan ulang bahwa neraka hanyalah sekadar gambaran dan tidak merujuk pada suatu tempat yang riil. Hal ini dilakukan supaya hukuman neraka terkesan tidak semengerikan yang digambarkan Alkitab. Sebab jika memang neraka seperti gambaran itu, mereka menganggap bahwa hukuman neraka tidak adil.
Bagaimana menjawab persoalan ini? Kita harus mengingat bahwa Allah adalah hakim seluruh bumi. Di dalam Kejadian 18:25 Abraham berkata: “Jauhlah kiranya yang demikian dari pada-Mu! Masakan Hakim segenap bumi tidak menghukum dengan adil?” Allah pasti bertindak dengan adil. Di dalam Roma 3:6 Paulus juga membahas tentang keadilan Allah yang mungkin sulit untuk dipahami. Rasul Paulus mengatakan bahwa Allah pasti adalah adil, sebab jika tidak, bagaimana Dia bisa menghakimi dunia? Keyakinan kita bahwa Allah adalah hakim seluruh bumi, seharusnya mendorong kita untuk mempercayai bahwa Allah adalah Allah yang adil. Apapun yang Dia lakukan adalah adil.
Tetapi dasar teologis ini tidak serta merta menghilangkan pertanyaan tadi: Apakah hukuman di neraka merupakan hukuman yang adil? Ada 4 alasan yang meyakinkan bahwa hukuman di neraka adalah hukuman yang adil.
Pertama, di neraka orang mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kita sudah membahas bahwa inti dari neraka adalah keterpisahan total dari hadirat Tuhan (lih. 2Tes. 1:9). Bukankah hal itu yang selama ini diinginkan oleh orang-orang yang berdosa? Allah sudah menyatakan diri-Nya melalui Wahyu Umum: ciptaan, hukuman moral, hati nurani dan banyak hal lainnya. Itu merupakan undangan dari Allah supaya manusia mencari Dia tetapi manusia gagal mencari Dia. Allah juga memberikan Wahyu Khusus: Dia memberikan firman-Nya dan berintervensi di dalam sejarah; tapi tetap saja manusia gagal menerima undangan itu. Manusia tidak mau memiliki persekutuan dengan Allah dan tidak mau hubungannya yang rusak dengan Allah diperdamaikan dengan Yesus Kristus. Oleh karena mereka menolak persekutuan dengan Allah, bukankah adil bahwa pada akhirnya mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan di neraka? Mereka dipisahkan total dari hadirat Tuhan.
Kedua, di dalam kehidupan sehari-hari kita mendapati bahwa masa hukuman memang seringkali lebih panjang daripada waktu yang diperlukan untuk melakukan kejahatan. Mungkin ada orang yang merampok bank. Merampok mungkin cuma butuh waktu 1 jam, tetapi begitu tertangkap maka hukuman yang dijalani tidak mungkin hanya 1 jam. Meskipun tindakan pembunuhan hanya terjadi dalam 1 menit, masa hukuman bagi si pembunuh tidak mungkin hanya dalam waktu 1 menit. Realita di sekitar kita menunjukkan bahwa masa hukuman biasanya lebih panjang daripada waktu kejahatan.
Ketiga, sebetulnya orang yang dihukum di neraka, bukan dihukum ‘selamanya’, tetapi mereka dihukum dalam ketidakberwaktuan. Kita harus memahami bahwa selama kita ada di dalam dunia ini, kita hidup dalam waktu. Selepas kehidupan di dunia ini maka tidak akan ada lagi waktu. Kita sukar memahami keadaan yang tanpa waktu. Itu sebabnya dalam Alkitab dipakai ungkapan-ungkapan dalam perspektif kita sekarang ini, yaitu “selama-lamanya”. Seolah-olah waktu itu tidak pernah berhenti. Tapi itu dari perspektif kita karena kita sulit untuk membayangkan ada sebuah keadaan dimana tidak ada waktu. Jadi sekali lagi, kita perlu memahami dengan lebih benar bahwa di dalam kekekalan sebetulnya tidak ada waktu. Manusia berdosa di dalam waktu dan dihukum di luar waktu, di dalam ketidakberwaktuan.
Keempat, karena objek kejahatan dalam arti kepada siapa kejahatan itu ditujukan memang seringkali menentukan masa hukuman. Kalau kita melakukan sebuah kejahatan kepada anak kecil atau orang tua maka hukumannya bisa berbeda. Jika kita melakukan kejahatan kepada rakyat biasa atau pemimpin negara, hukumannya juga berbeda. Pernahkah kita berpikir bahwa orang-orang yang berada dalam neraka telah berdosa melawan Pencipta, Allah yang berdaulat terhadap segala sesuatu. Berlebihankah jika dosa kepada Allah, Pencipta segala sesuatu dinilai dengan serius dan dihukum dengan serius pula?
Jika kita mempertimbangkan empat alasan ini, maka saya yakin kita tidak punya alasan untuk berpikiran bahwa hukuman neraka adalah hukuman yang tidak adil. Allah selalu adil dalam semua tindakan-Nya. Tuhan memberkati kita.
Related posts