Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

Ada orang yang berkata bahwa dia sudah mengalami pertobatan sejak dalam kandungan ibunya. Perkataannya ini menunjukkan bahwa tidak semua orang memahami pertobatan dengan tepat. Pertobatan tidak mungkin terjadi di dalam kandungan. Pertobatan merupakan sebuah keputusan yang kita ambil setelah kita mengenal kebenaran.

Memang, ada beberapa orang yang dipilih dan dipanggil Tuhan untuk menjadi hamba-Nya sejak dari kandungan. Nabi Yeremia dan Rasul Paulus menceritakan bagaimana Tuhan telah memanggil mereka sejak dari kandungan ibu mereka (Yer. 1:5, Gal. 1:15). Tetapi bukan berarti bahwa mereka sudah bertobat sejak dari rahim ibu mereka. Paulus mengalami pertobatan setelah dia dewasa. Ketika dia menganiaya orang-orang Kristen, dalam perjalanan menuju Damsyik, Tuhan menjumpai dia dan mempertobatkan dia (Kis. 9:1-18). Untuk memahami apa arti pertobatan, maka saya akan memulai dengan menjelaskan apa yang bukan dimaksud dengan pertobatan.

Pertama, pertobatan tidak identik dengan perasaan bersalah. Kita semua tahu bahwa ketika seseorang bertobat, pasti ada perasaan bersalah dalam diri orang itu. Namun, tidak semua orang yang menangisi dosanya, pada akhirnya bertobat. Sebagai contoh: Yudas Iskariot. Setelah dia menjual Tuhan Yesus dengan 30 keping perak, dia menyesal dan menyadari kesalahan yang telah dilakukannya. Tetapi tidak ada pertobatan. Yudas Iskariot menyesal, tapi kemudian menggantung diri. Hidupnya diakhiri dengan keputusasaan, bukan diakhiri dengan penyerahan diri kepada Allah yang benar.

Penyesalan adalah bagian penting dari pertobatan. Tapi ada penyesalan yang membawa kepada pertobatan, ada penyesalan yang tidak membawa kepada pertobatan. Penyesalan yang tidak membawa kepada pertobatan, biasanya dihubungkan bukan dengan natur dosa yang menjijikkan, tetapi dengan akibat dosa yang mengerikan bagi mereka.

Contoh: seseorang yang menyesal setelah dosanya terbongkar, setelah kesalahannya diketahui banyak orang, atau setelah muncul akibat-akibat yang buruk dari perbuatannya; tetapi dia menyesal bukan karena melihat dosa sebagai sesuatu yang menjijikkan. Dia menyesal bukan karena memandang dosa sebagai sesuatu yang melawan hati Allah, dan membuat Allah berduka dan marah. Dia hanya melihat akibat dari dosa yang tidak membawa kenyamanan dalam dirinya. Perasaan menyesalnya bukan ditujukan pada natur dosa yang menjijikkan, tetapi ditujukan pada akibat dosa yang membawa ketidaknyamanan bagi dia.

Kedua, pertobatan tidak selalu melibatkan kisah yang spektakuler. Beberapa tokoh Alkitab mengalami pertobatan yang luar biasa. Rasul Paulus adalah contohnya, juga bapa-bapa Gereja, seperti Agustinus dan Martin Luther. Mereka mengalami kisah pertobatan yang spektakuler. Tetapi kita jangan punya pikiran bahwa semua orang yang bertobat harus menjalani kisah yang spektakuler semacam itu. Karena spektakuler atau tidak, sebetulnya bukan ditentukan oleh karya Allah.

Semua orang yang bertobat, baik spektakuler maupun tidak, pasti mengalami karya Allah. Sedangkan hal yang membuat sebuah kisah pertobatan itu spektakuler dan yang lain kelihatan kurang spektakuler adalah latar belakang dari orang itu. Orang yang hidup dalam rupa-rupa dosa, ketika mengalami pertobatan, maka perubahannya terlihat begitu drastis, sehingga dianggap perubahan yang spektakuler. Begitu juga dengan faktor krisis yang pernah dialami. Orang yang mengalami krisis yang begitu berat dalam hidupnya dan pada akhirnya berjumpa dengan Tuhan, maka kisahnya terkesan sangat spektakuler.

Tetapi, bagi orang yang berasal dari latar belakang yang berbeda, yang datang kepada Kristus bukan melalui sebuah krisis yang sedemikian rupa, kisah mereka mungkin nampak kurang spektakuler, tapi bukan berarti pertobatannya kurang berkualitas dibandingkan orang-orang tadi (Paulus, Agustinus, dan Martin Luther).

Pertobatan bukanlah sekadar penyesalan biasa. Pertobatan tidak selalu melibatkan kisah perubahan hidup yang spektakuler. Tetapi pertobatan pasti membawa pada perubahan hidup yang radikal. Pertobatan pasti membawa perubahan hidup yang nyata bagi orang yang bertobat. Nah, apa yang dimaksud dengan pertobatan? Kita akan membahas itu pada sesi berikutnya. Tuhan memberkati kita. Amin.