Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

Para teolog membagi proses karya penebusan Kristus bagi umat pilihan menjadi dua bagian besar: Perendahan Kristus dan Pemuliaan Kristus. Hari ini kita akan membahas bagian yang pertama: Apa yang dimaksud dengan perendahan Kristus? Perendahan Kristus mengacu pada keadaan Kristus yang rendah. Tetapi apakah maksud dari ungkapan ini? Para teolog mencoba menolong kita untuk melihat ada beberapa bagian dalam karya penebusan Kristus yang menampilkan Kristus di dalam kerendahan-Nya dan ini mencakup beberapa hal.

Perendahan Kristus yang pertama adalah kelahiran-Nya sebagai manusia. Di dalam Filipi 2:6-8 dikatakan bahwa “Kristus yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”

Kristus menjadi manusia adalah bentuk perendahan yang luar biasa. Sang Pencipta mengambil natur yang lain yaitu natur ciptaan. Itu merupakan perendahan yang sangat sukar untuk dibayangkan. Seandainya seorang presiden mau untuk pergi ke tempat-tempat yang sulit dan mau berdialog dengan rakyat biasa, maka orang menyebut presiden tersebut sebagai presiden yang sangat rendah hati. Tapi presiden dan rakyat memililki kesamaan, yaitu sama-sama manusia dan sama-sama warga negara. Tidak ada bentuk kerendahatian yang lebih hebat daripada Sang Pencipta yang mau mengambil natur sebagai ciptaan; Allah menjadi manusia. Itu adalah bentuk perendahan Kristus yang pertama: Dia menjadi manusia.

Bentuk perendahan Kristus yang kedua adalah Dia takluk kepada Taurat. Di dalam Galatia 4:4 dikatakan bahwa “setelah genap waktunya, maka Allah mengutus Anak-Nya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.” Coba kita renungkan sejenak, “takluk kepada hukum Taurat”, Siapa yang memberikan hukum Taurat? Allah sendiri yang memberikan Taurat. Sebagai pemberi hukum Taurat, Allah jelas lebih tinggi daripada hukum itu. Tetapi Allah yang menjadi manusia dan dilahirkan dari seorang perempuan itu, menaklukkan diri-Nya kepada hukum Taurat. Di dalam kehidupan Yesus, Dia belajar untuk taat. Dia belajar untuk memenuhi apa yang menjadi tuntutan di dalam hukum Taurat. Dia melakukannya bukan untuk kepentingan-Nya, tapi untuk kepentingan kita, orang-orang yang gagal memenuhi tuntutan hukum Taurat. Kristus datang untuk menggantikan tugas itu. Dia memenuhi seluruh hukum Taurat bagi kita, sehingga kita tidak lagi terkutuk karena kegagalan kita melakukan hukum Taurat. Ketika Kristus takluk kepada hukum Taurat, itu merupakan perendahan yang luar biasa.

Bentuk perendahan Kristus yang ketiga adalah kematian-Nya di atas kayu salib. Penderitaan-Nya selama Dia diadili dan pada akhirnya mati tergantung di kayu salib, itu merupakan bentuk perendahan yang luar biasa. Salah satu teks yang menggambarkan betapa hina proses itu adalah Yesaya 53. Kalau kita membaca Yesaya 53, maka tidak mungkin hati kita tidak tersentuh dengan gambaran yang ada, karena di dalam teks itu dikatakan: “Ia dihina orang, Ia dicibir orang, rupa-Nya tidak seperti manusia lagi; padahal penyakit kitalah yang ditanggung-Nya; orang menggangap bahwa Dia kena tulah.” Sungguh-sungguh ini adalah bayangan dari orang yang begitu rendah, hina dan seolah-olah adalah orang yang paling malang yang pernah hidup di dalam dunia ini. Penderitaan itulah yang membawa Kristus ke atas kayu salib. Dia menanggungnya bagi kita. Itu adalah perendahan yang ketiga.

Bentuk perendahan Kristus yang keempat adalah penguburan-Nya di antara orang-orang mati. Ketika Kristus turun ke dalam dunia orang mati dan tetap berada di dalam kuburan, maka itu merupakan sebuah bentuk perendahan. Di dalam Matius 12:40 dikatakan bahwa: “Sebab seperti Yunus tinggal di dalam perut ikan tiga hari tiga malam, demikian juga Anak Manusia akan tinggal di dalam rahim bumi tiga hari tiga malam.” Tetap berada di dalam kematian merupakan perendahan yang luar biasa, karena Kristus berkuasa untuk membangkitkan diri-Nya sendiri. Di dalam Yohanes 10:17-18 Yesus mengatakan: “ . . .Aku berkuasa memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali . . .” Di dalam Yohanes 2:19 Dia menantang orang-orang Yahudi, “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali”. “Bait Allah” yang Dia maksud adalah “tubuh-Nya”. Jadi Kristus sebetulnya punya kuasa untuk membangkitkan diri-Nya. Tetapi pada saat Dia mati, Dia bertahan di dalam keadaan mati selama tiga hari. Ini adalah perendahan yang luar biasa.

Semua bentuk perendahan itu dilakukan Kristus untuk kita. Karena itu sudah sewajarnya kita bersyukur dan meneladani Dia, juga belajar rendah hati satu dengan yang lain. Tuhan memberkati kita. Amin