Oleh: Pdt. Yakub Tri Handoko

Hari ini kita masih akan membahas pertanyaan pertama dalam Katekismus Westminster, yaitu: Apakah tujuan utama hidup manusia? Kita sudah beberapa kali mengupas jawabannya, yaitu memuliakan Allah dan menikmati Dia selama-lamanya. Pertanyaan yang akan kita renungkan kali ini: Mengapa kita harus memuliakan Allah?

Memuliakan Allah bukanlah sebuah pilihan. Memuliakan Allah adalah sebuah keniscayaan, sebuah hal yang tidak bisa tidak. Kita memuliakan Allah karena siapa Allah dan siapa kita. Alkitab memberitahu kita tiga alasan mengapa kita memuliakan Allah.

Pertama, kita memuliakan Allah karena Allah adalah Pencipta kita. Dalam Wahyu 4:11, orang-orang kudus di sorga memuji Tuhan dengan berkata, “Ya Tuhan dan Allah kami, Engkau layak menerima puji-pujian dan hormat dan kuasa; sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kehendak-Mu semuanya itu ada dan diciptakan.” Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang kudus yang ada di sorga memuji Allah, karena Allah adalah pencipta dari segala sesuatu. Segala sesuatu ada oleh karena kehendak Allah. Fakta bahwa Dia adalah pencipta segala sesuatu membuat kita “terikat” dengan satu tanggung jawab, yaitu memuji Dia, memberikan apresiasi kita kepada Dia.

Sekarang ini semakin banyak orang menyadari perlunya menghormati orang lain yang menciptakan sesuatu, atau yang kita kenal dalam kaitannya dengan hak cipta (copyright). Banyak orang mulai sadar bahwa copyright tidak boleh dilanggar. Mengapa? Karena ketika kita menghargai copyright atau hak cipta seseorang, sebenarnya kita sedang memberikan apresiasi kepada orang itu. Dia berbeda dengan yang lain; dia telah menciptakan sesuatu yang bermanfaat untuk orang lain; dia telah menciptakan sesuatu yang orang lain tidak pikirkan, sehingga siapa yang berhasil menciptakan sesuatu kita beri apresiasi.

Itu sebab pembajakan adalah hal yang dilarang juga dalam Alkitab dan juga dilarang di dalam hukum, karena hal itu tidak memberikan apresiasi kepada penulisnya, atau kepada pengarangnya, atau kepada penciptanya. Dengan cara yang sama, kalau kita sadar bahwa segala sesuatu diciptakan oleh Allah, maka itu seharusnya menuntut kita untuk memuji Allah sebagai pencipta segala sesuatu, dan untuk memberikan apresiasi: Segala kemuliaan dan pujian hanya kepada Dia.

Kedua, kita memuliakan Allah karena Allah menopang segala sesuatu. Di dalam khotbahnya di Atena, di depan para filsuf pada waktu itu, Paulus berkata, “Di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada . . . ” (Kis 17:28). Apa maksud dari ungkapan tersebut? Maksudnya adalah kita semua, keberadaan kita, sebetulnya berada di dalam Allah. Kita tidak lepas dari Allah. Setelah Allah menciptakan kita, kita tetap terikat di dalam Allah, karena kita ada di dalam Dia. Bahkan di dalam Ibrani 1:3 dituliskan, “Ia menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan.” Jikalau Allah tidak menopang segala sesuatu, maka segala sesuatu pasti akan runtuh. Jikalau Allah tidak memelihara segala sesuatu, maka segala sesuatu pasti akan musnah dalam sekejap. Jadi Allah menopang segala sesuatu. Ia menopang hidup kita.

Itu sebabnya Yakobus di dalam suratnya mengajarkan: “Sebenarnya kamu harus berkata: Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yak. 4:15). Jadi, bahkan untuk hidup pun kita bergantung kepada Allah. Ini menunjukkan bahwa alam semesta, dan seluruh aspek hidup kita ditopang Allah dengan firman-Nya. Kita bisa hidup oleh karena Allah menghendaki kita hidup.

Ketiga, kita memuliakan Allah karena Allah adalah Penyelamat hidup kita. Allah bukan hanya menciptakan dan menopang segala sesuatu, tetapi Allah juga menyelamatkan hidup kita. Inilah yang membedakan orang-orang percaya dengan orang lain. Segala sesuatu memang ditopang oleh Allah. Segala sesuatu, termasuk semua manusia berhutang kepada Allah untuk keberadaaan mereka. Tetapi khusus untuk kita yang berada di dalam Kristus, kita memiliki hutang lebih besar kepada Allah, yaitu hutang keselamatan. Itu sebabnya di dalam Wahyu 7:10 dituliskan, “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas tahta dan bagi Anak Domba!” Keselamatan yang Allah berikan kepada kita inilah merupakan alasan bagi kita untuk terus memuji dan memuliakan Allah.

Kita seringkali kehabisan alasan untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Tapi hari ini kita diingatkan, bahwa kita punya alasan yang teguh dan tidak mungkin berubah. Kita memuliakan Allah karena Dia menciptakan kita, Dia menopang kita, dan Dia menyelamatkan kita. Apakah Saudara sudah siap untuk memberikan hidup yang memuliakan Allah?